MENU

Mengapa Islamophobia?

Oleh: Yuslenita Muda, Dosen di Jurusan Matematika, FST UIN Suska Riau. Sedang mengambil program Ph.D di Department of Mathematical Science, University of Essex, UK

Belakangan ini, banyak orang membuat kesimpulan terburu-buru, yang kadang hanya berdasarkan berita atau cerita dari media arus utama yang notabene memiliki misi sesuai dengan keinginan pemiliknya, atau media sosial yang lebih cenderung merupakan pendapat pribadi.

Peristiwa penembakan Charli Hebddo, Januari 2015 dan penembakan massal atau dikenal dengan peristiwa serangan Paris bulan November 2015 lalu diberitakan begitu besar. Hampir semua media mainstream di Inggris, United Kingdom (UK) membuat headline berita mereka dengan peristiwa itu. Berdasarkan pengamatan mereka, kesimpulannya Islam berada di belakang peristiwa tersebut.

Efeknya, begitu banyak simpati dari dunia internasional kepada ‘korban’, namun korban yang baru banyak bermunculan tanpa mendapat simpati. Tindakan kriminal terhadap Muslimah di London hanya karena ia berjilbab pasca peristiwa di Paris, sentimen dan kampanye anti Islam di daratan Eropa hanyalah sedikit dari korban-korban baru yang dihasilkan dari kesimpulan melompat.

Umat Islam dipojokkan. Lalu, seperti biasa Islamic Society yang ada di tempat  masing-masing akan mengimbau komunitasnya agar menghindari berjalan atau pulang dari kampus pada malam hari. Terutama para perempuan yang menggunakan hijab atau jilbab.

Belum lama ini, saya bersama keluarga mengikuti sebuah kegiatan di kampus. Dalam perjalanan pulang dari kampus, dengan berjalan kaki saya sekeluarga (saya dan anak perempuan saya berjilbab, sehingga mudah mengidentifikasi bahwa kami adalah keluarga muslim) mencoba menelusuri jalan-jalan kecil agar cepat tiba di rumah.

Begitu melewati suatu perumahan, kami tiba-tiba mendengar teriakan memanggil berkali-kali terdengar dari lantai atas suatu flat. “Hi you…hi,” teriak beberapa anak muda perempuan dengan aksen Colchester-nya.

Merasa bahwa kamilah yang dipanggil, karena tidak ada orang lain yang lewat saat itu, maka kami menoleh ke atas dan apa yang kami dapati? “This ass is for all of you,” kata mereka sambil tertawa dan menggoyang-goyangkan -maaf- bokong-bokong mereka kepada kami.

Astagfirullah…kami hanya mampu beristighfar saat itu, sambil mengajak anak-anak segera berlalu. Dapatkah disimpulkan bahwa semua perempuan Inggris berperangai buruk kepada semua Muslim?

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER