SCROLL KE ATAS UNTUK BACA BERITA

MENU

Mengapa Islamophobia?

Oleh: Yuslenita Muda, Dosen di Jurusan Matematika, FST UIN Suska Riau. Sedang mengambil program Ph.D di Department of Mathematical Science, University of Essex, UK

Di lain waktu, tak jauh dari rumah saat saya pulang dari sebuah toko dan menyeberang jalan. Tiba-tiba saya dikejutkan dengan teriakan beberapa orang lelaki dari dalam mobil yang melewati saya sambil berkata-kata,” You go to the hell, *uc* you,” teriak mereka seperti penuh kebencian. Lagi-lagi saya istighfar dengan sedikit rasa takut karena hanya seorang sendiri padahal hari sudah menjelang gelap. Mungkinkah disimpulkan bahwa semua lelaki bule kasar sangat buruk dalam berbicara?

Ada beberapa kejadian serupa yang saya atau keluarga saya alami setelah itu. Persis awal tahun baru masehi 2016, saya dan suami berjalan kaki ke arah rumah Profesor Hadi yang dapat ditempuh berjalan kaki untuk menghadiri acara bulanan PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) dan Keluarga Islam Britania Raya (KIBAR),Colchester.

Di dalam perjalanan melewati lapangan berumput, kami berpapasan dengan seorang nenek yang membawa anjing tinggi besar peliharaannya. Untuk menghormati orang tua dan budaya UK yang tidak melarang orang untuk saling menyapa, maka kami coba memberikan senyum terbaik dan menyapa lembut. ‘’Hai,’’ begitu kami menyapanya.

Di luar dugaan, dan sempat membuat saya sedikit shock dengan kalimat pedas tak beradab tiba-tiba darinya. “I don’t like f*** rubbish like you in here,” katanya terus memaki kami dengan kata-kata yang tidak lebih baik dari itu. Merasa kurang senang dengan perkataan nenek itu, suami saya coba menjawab, tapi langsung saya cegah dan mengajaknya untuk beristighfar dan berdoa semoga nenek itu mendapat hidayah.

Hal serupa ternyata juga dialami anak perempuan kami yang sekolah negeri di Colchester. Pada hari pertama masuk sekolah setelah liburan tahun baru, saat menaiki tangga sekolah seorang pelajar pria keturunan lokal menarik bahunya lalu mengucapkan kata-kata setali tiga uang dengan yang disampaikan nenek yang kami jumpai di jalan. Anak saya pun sudah melaporkan kejadian tersebut ke pengelola sekolahnya.

Sebelum itu, persis setelah peristiwa penembakan membabi buta di Paris, saat saya sedang menunggu giliran bertemu dengan guru anak saya, saya mendengar perbincangan antar dua orang wali murid di sekolah yang sama tentang buruknya umat Islam di mata mereka. Mereka persis berbincang di depan saya, karena saat itu kebetulan televisi yang ada di sekolah sedang memutar berita BBC yang memberitakan tentang siapa dalang dibalik penembakan di Paris.

Rasa begitu membuncah saat itu ingin ikut perbincangan mereka, tapi mereka seperti memang sengaja untuk memancing emosi saya, sehingga saya memutuskan untuk hanya memasang wajah ramah dan meyakinkan mereka bahwa kesimpulan mereka salah melalui bahasa tubuh yang saya lakukan. Bahwa Inggris merupakan negara penjajah hampir setengah permukaan bumi di masa lalu seakan-akan mereka lupakan begitu saja ketika melihat seorang yang hanya berpakaian muslimah.

Apa yang saya dan keluarga alami tentu termasuk kasus ringan dan tidak sampai membahayakan nyawa saya dan keluarga. Beberapa keluarga Muslim lainnya di UK, ada yang mengalami pengalaman lebih pahit lagi. Sebut saja Miss Choudhury, pelajar muslimah di Birmingham, yang mendapatkan pukulan telak di wajahnya hanya karena berjilbab. Ada lagi muslimah di London yang jilbabnya ditarik saat berada di dalam tube, kereta bawah tanah.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

spot_img

TERPOPULER