COLCHESTER, SERUJI.CO.ID – Biasanya orang takut dengan ketinggian, takut pada kegelapan, cemas terhadap kesendirian, risau kepada benda atau hewan tertentu menjadi istilah untuk munculnya kata phobia.
Penulis belum pernah mendengar ada Kristenphobia, walaupun bangsa Eropa menjajah banyak negara-negara Islam ratusan tahun lamanya. Tidak juga ada kampanye Hinduphobia untuk mendeskripsikan bagaimana dahsyatnya penderitaan dan ketakutan masyarakat Rohingya di Myanmar.
Yahudiphobia juga tidak muncul saat Israel merampas tanah Palestina hingga kini. Syiahphobia, Konghucuphobia dan Budhaphobia juga tidak. Mengapa ‘hantu ketakutan tak berdasar itu dilabelkan khusus untuk Islam?
Tentunya kita pernah mendengar nama Isaac Newton. Ia tercatat sebagai salah satu ilmuwan terjenius dalam sejarah. Prestasi dan temuannya menempatkan Newton pada posisi ilmuwan paling berpengaruh di dunia sebagaimana diurutkan Michael H. Hart setelah Nabi Muhammad SAW dalam bukunya berjudul, Seratus Orang Paling Berpengaruh di Dunia.
Penemuan paling fenomenal dan popular adalah ketika Isaac Newton menemukan teori gravitasi lewat sebuah apel yang jatuh saat Newton duduk di bawah pohonnya. Berdasarkan pengamatan itu, Newton membuat pernyataan dalam teori fisika yang dalam bahasa awamnya menyatakan, setiap benda di muka bumi akan jatuh ke bawah.
Hanya saja untuk membuat kesimpulan, tentu tidak bisa tiba-tiba. Saya sepakat dengan pembimbing saya, Profesor Hadi Susanto yang mengajar di Matematika Terapan, Universitas Essex, Colchester, UK. Dalam bukunya berjudul Tuhan Pasti Ahli Matematika disebutkan pengambilan kesimpulan berdasarkan pengamatan dalam matematika merupakan sebuah kesimpulan yang melompat.
Bila kita ingin membuktikan setiap benda di muka bumi akan jatuh ke bawah, berarti kita harus menunjukkan bahwa ‘semua’ benda di muka bumi ini bila jatuh maka benar-benar jatuhnya ke bawah. Untuk itu, kita harus melakukan percobaan untuk ‘semua’benda yang ada di muka bumi ini. Sanggupkah?
Tulisan ini ingin melihat fenomena terburu-burunya membuat kesimpulan, yang merupakan sebuah kesalahan fatal. Kesimpulan melompat dapat mengarahkan pada prasangka, pembuatan tindakan, kebijakan atau efek negatif bukan hanya kepada diri pembuat kesimpulan sendiri tapi juga pada orang banyak.