Riset Hanya Dibutuhkan Perusahaan Prisipal
Keeempat, riset hanya dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan prinsipal alias pemilik merek. Astra International misalnya walaupun merupakan perusahaan besar dan terkemuka di negeri ini, tidak akan bisa melakukan riset seperti L’oreal. Astra bukan perusahaan prinsipal. Selama ini yang dilakukan adalah menjual produk dengan merek milik perusahaan lain atau menjual komoditas. Risetnya sudah dilakukan perusahaan yang produknya dijualkan oleh Astra seperti Toyota, Honda, Komatsu dll.
Perusahaan yang bukan prinsipal juga tidak akan menarik bagi investor. Investor Astra International misalnya saat ini menuntut ROI sebesar 10% per tahun. Angka ini diperoleh dari kebalikan dari angka price earning ratio (PER) Astra yang sebesar 10,14. Artinya, dana hasil penerbitan saham baru Astra hanya bisa digunakan untuk berinvestasi jika mampu menghasilkan imbal hasil di atas 10%.
Bandingkan dengan investor L’oreal yang hanya menuntut ROI 3% karena PER nya 32,62. Itulah mengapa Astra tidak bisa melakukan riset seperti L’oreal. Kondisi ini adalah akibat dari pilihan kebijakan stratejik Astra yang terjebak pada fenomena perusahaan “banci”. Terombang ambing antara investing company dan operating company. Berbeda dengan L’oreal yang full operating company.
Kelima adalah konsekuensi logis dari penjelasan sebelumnya. Tidak adanya kebutuhan dan kemampuan riset perusahaan-perusahaan di negeri ini berakibat tidak digunakannya potensi riset di kampus-kampus.
Perusahaan yang kebutuhan risetnya tinggi akan menggandeng periset kampus untuk menghasilkan temuan-temuan baru sesuai dengan bidang bisnisnya. Dana riset mengalir kampus karena hasil riset terjual oleh kemampuan perusahaan.
Ada simbiosis mutualisme antar kampus dan perusahaan terkorporatisasi. Sekitar 30% pendapatan Harvard University misalnya berasal dari riset. Tentu konsumennya adalah perusahaan-perusahaan di USA seperti GE di atas. Ini yang tidak terjadi di Indonesia.
Itulah penjelasan mengapa riset kita tidak bergairah dan mandul. Bagaimana solusinya? Ya tinggal membalik 5 penjelasan bersifat negatif itu menjadi positif.
Anda sudah tidak ragu kan? Nah…sekarang saatnya mengeksekusi sebagai bentuk mental ilmiah. Bukan mental jahiliah. Agar kita tidak jadi bangsa tuna riset. SNF Consulting siap membantu.