PURWOKERTO, SERUJI.CO.ID – Luas lahan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang berpotensi untuk budi daya tanaman kedelai mencapai 10.000 hektar, kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat Widarso.
“Lahan kedelai di Kabupaten Banyumas dari tahun ke tahun bukan makin naik, tetapi tambah tanamnya turun. Padahal, potensi luas lahan kedelai di Banyumas mencapai 10.000 hektar,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (11/4).
Widarso mengatakan hal itu saat membuka Pelatihan Teknis Tematik Peternakan “Pemanfaatan Limbah Kedelai Sebagai Pakan” bagi penyuluh pertanian yang diselenggarakan atas kerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Jawa Timur, di Aula Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, 11-13 April 2018.
Menurut dia, penurunan luas lahan kedelai di Banyumas disebabkan oleh berbagai faktor sehingga pihaknya pada tahun 2018 mencoba untuk meningkatkannya kembali.
Dalam hal ini, kata dia, Kabupaten Banyumas pada tahun 2018 menerima program perluasan tambah tanam untuk tanaman kedelai seluas 4.000 hektar.
“Kalau ini terjadi, 4.000 hektar itu seperti awal-awal atau sekitar 10 tahun lalu di mana kita punya areal untuk tanam kedelai 4.000-5.000 hektar, tapi dari tahun ke tahun menurun sampai sekarang dalam hitungan 1.000-1.500 hektar,” katanya.
Padahal, kata dia, kebutuhan kedelai untuk produksi tempe dan tahu di Kabupaten Banyumas jika dihitung mencapai 16.000 ton per tahun.
Ia mengatakan berdasarkan penghitungan untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, dibutuhkan lahan sekitar 10.000 hektar dengan produktivitas sebesar 1,6 ton per hektar.
Menurut dia, Banyumas masih ketinggalan dalam budi daya kedelai karena di Kabupaten Grobogan produktivitasnya sudah mencapai lebih dari 3 ton per hektar.
Oleh karena itu, kata dia, BBPP Batu berinisiatif untuk memberikan penghargaan berupa pelatihan pemanfaat limbah kedelai sebagai pakan bagi daerah-daerah yang mau mengembangkan kedelai.
Sementara saat memberikan pengarahan, Widyaiswara Madya BBPP Batu Bambang Edi Santoso mengajak penyuluh pertanian untuk menguasai teknologi pertanian.
“Kalau enggak meng-‘update’ diri, kawan-kawan sekalian (penyuluh, red.) bisa ketinggalan,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga memberi contoh pengelolaan peternakan khususnya sapi perah di beberapa daerah Jawa Timur.
Menurut dia, produksi susu di Jawa Timur pada musim hujan mengalami penurunan meskipun daerah tersebut banyak memiliki rumput.
“Rumputnya banyak, produksi susu mestinya naik. Ini malah turun,” katanya.
Menurut dia, hal itu terjadi karena kesalahan dalam penyuluhannya sehingga penyuluh harus mau membuka diri.
Selain di Banyumas, Pelatihan Teknis Tematik Peternakan “Pemanfaatan Limbah Kedelai Sebagai Pakan” tersebut juga diselenggarakan BBPP Batu di Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara pada tanggal 11-13 April 2018.
Seluruh penyuluh pertanian yang mengikuti pelatihan di daerahnya masing-masing akan diajak untuk melakukan kunjungan lapangan ke salah satu kelompok tani di Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, yang pernah menjadi juara nasional dalam budi daya kedelai.
Para penyuluh akan belajar langsung dari praktisi yang juga penemu varietas kedelai dari Kabupaten Grobogan.
Pelatihan pemanfaatan limbah kedela sebagai pakan ternak ditujukan untuk meningkatkan kemampuan para penyuluh dalam membina kelompok tani di wilayah masing-masing. (Ant/SU02)