MENU

Pemimpin Yang Membangun Peradaban

Review Film Sultan Agung: Tahta, Perjuang, Cinta (Hanung Brahmantyo- Moeryati Soedibyo Cinema, 148 menit)

Tentu tak semua isu penting di seputar Sultan Agung dapat ditampilkan dalam film 148 menit. Namun sosok pemimpin yang punya passion dan ingin membangun peradaban cukup tergambarkan. Dan itu hal yang sangat penting.

Dalam sejarah, kita tahu legacy Sultan Agung dikenang sebagai raja Jawa terbesar bukan hanya karena ekspansi kekuasaannya. Sebelum kematiannya, ia memang berhasil menyatukan hampir seluruh tanah jawa, kecuali Batavia dan Banten. Ia juga meluaskan pengaruhnya ke Sumatera bahkan Sulawesi.

Namun Sultan Agung juga dikenang karena “karya pemerintahannya.” Ia membangun sistem pemerintahan dengan membentuk aneka kadiputen. Setiap kadipaten, ia angkat adipati sebagai penguasa lokal. Dengan cara itu, ia mendelegasikan kekuasaan sekaligus mengontrolnya dengan cara lebih efisien.

Kini, kadipaten berkembang menjadi kabupaten. Adipati pun berkembang menjadi bupati. Sistem administrasi kerajaan Sultan Agung ikut meletakkan satu batu bata bagi dinding pemerintahan modern.

Yang tak kalah penting adalah ia meneruskan ajaran Sunan Kalijaga. Agama Islam ia bumikan dengan mengakomodasi peradaban terbaik di era itu. Wayang, gamelan, ritus budaya Jawa bersinerji dengan ajaran Islam. Kelak upaya ini dikenang sebagi sinkretisme Islam dan budaya Jawa.

-000-

Dua hal menjadi renungan moral paling penting bagi penonton seperti saya yang peduli dengan ruang publik. Pertama, sangat ideal jika pemimpin politik juga punya passion membangun peradaban. Pemimpin harus membawa gagasan yang inspiring.

Kedua, perlunya Islam sebagai agama dominan disegarkan atau diinterpretasi dengan menyerapkan gagasan sosial tebaik zamannya. Jika dulu di era Sultan Agung dan Sunan Kali Jaga, itu adalah peradaban jawa. Masa kini Islam perlu diinterpretasikan dengan peradaban modern yang terbukti mengangkat harkat manusia.

Selesai menonton film, saya dan teman teman di Ciputat School menyantap hidangan malam. Tak lupa, bersama hidangan malam itu disajikan pula diskusi tentang film. Gurihnya diskusi itu menambah lezat rasa ayam goreng, dan es jeruk kelapa. Tentu tak lupa foto selfie.*

Sept 2018

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER