MENU

Menunggu Sanksi FIFA Untuk PSSI?

- Tragedi Bola Indonesia di New York Times dan Washington Post Oleh: Denny JA

SERUJI.CO.ID – “Dari Indonesia?,” tanya kasir di grocery kecil di kota London. “Ya,” jawab saya. Sambil memasukan minuman dan makanan yang saya beli, ia berkata: “Ikut berduka ya atas tragedi sepakbola yang mengerikan di Indonesia.”

“Terima kasih,” jawab saya pelan. Itu tanggal 1 Oktober 2022, di hari tragedi. Jarak waktu Jakarta – London 6 jam.

Saya penasaran bertanya: “Anda tahu dari mana? Itu tragedi baru terjadi beberapa jam lalu.” Enteng saja ia menjawab: “Oh, seluruh dunia sudah tahu. Jumlah yang mati terlalu banyak. Berita menyebar dalam kecepatan cahaya,” ujarnya senyum.

Besoknya, 2 Oktober 2022, saya searching di Google. Ingin tahu sisi apa yang paling menarik diangkat oleh media berpengaruh dunia. Dua media yang saya eksplor khusus: New York Times dan Washington Post.

-000-

Washington Post Soroti Penggunaan Gas Air Mata dan Jumlah Penonton

Washington Post mengangkat dua isu itu. Pertama, digunakannya gas air mata oleh polisi. Ini yang menyebabkan kepanikan massal, penonton susah bernafas, dan akhirnya banyak yang mati terinjak-injak.

Ini bukan kematian karena bentrokan antara pendukung tim lawan.

FIFA, yang sudah berpengalaman dengan kerusuhan sepak bola di stadion, sudah mempelajarinya. Di Peru tahun 1964, yang menyebabkan kematian lebih dari 300 orang, sebagian juga disebabkan oleh kepanikan massal akibat gas air mata.

Karena itu, FIFA melarang penggunaan gas air mata mengatasi kerusuhan sepakbola di stadion.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER