SERUJI.CO.ID – Para pria dianjurkan tidak berjenggot. Bagi yang bersikeras tetap berjenggot, mereka dikenakan pajak, sesuai dengan status sosial dan profesi.
Jika mereka pengusaha dan pedagang, besarnya pajak 100 rubles setahun. Jika mereka pegawai pemerintah, pajak untuk tetap berjenggot sebesar 60 rubles setahun. Jika mereka bukan keduanya, dan tinggal di kota, pajak berjenggot 30 rubles per tahun. Namun jika mereka penduduk desa, hanya dikenakan denda sebesar dua setengah koveks setiap kali mereka ke kota.
Yang sudah membayar pajak berjanggut diberikan sebuah token. Kemanapun pergi, token lunas pajak berjanggut itu dibawa. Polisi dikerahkan untuk memeriksa dan menindak.
Ini suasana di Rusia di bawah kekuasaan Peter The Great, di abad ke 17. Di era itu, jenggot menjadi simbol paling nyata dari orientasi hidup yang ortodoks, tidak modern, dipenuhi oleh tata nilai nilai tradisi yang tak sejalan dengan sikap hidup pembangunan.
Sang raja, Peter The Great terobsesi menjadikan Rusia negara terbesar di dunia. Pilihan sudah ditetapkan. Ialah modernisasi segala bidang. Bagi Peter, itu artinya westernisasi: membawa Rusia ke jalan peradaban barat!
Peter sengaja menghabiskan waktu belajar ke dunia barat. Ia menyamar tidak sebagai raja. Betapa ia tercengang. Budaya Barat lebih maju dan lebih superior.
Pulang dari Barat, ia bertekad membaratkan kultur dan segala dimensi Rusia secara sistematis, dan massif. Mulai dari soal administrasi pemerintahan, perdagangan, dunia sosial, bahkan cara berpakaian dan penampakan fisik ia perhatikan.
Hasilnya? Rusia memang tumbuh menjadi negara terbesar di era itu. Peter pun oleh zamannya, dan sejarahwan diberi label “the Great,” besar, akbar! Jadilah ia Peter The Great.