JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Salah satu produsen pesawat terbang terbesar dunia, Boeing Company, dinilai tidak transparannya terkait potensi error pada fitur baru di Boeing B-737 MAX 8.
Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra mengatakan, sebagai produsen pesawat terbang terbesar, Boeing harus memberitahukan fitur atau sistem baru kepada maskapai dan pilot jika memang teknologi baru itu memiliki kerentanan terhadap situasi tertentu.
Menurut Ziva, sebaiknya penggunaan Boeing B-737 MAX 8 untuk penerbangan komersil ditunda terlebih dulu.
“Tapi untuk tipe 737 ini pesawatnya sudah diluncurkan duluan, harusnya dikaji lebih dalam dulu. Ini yang membuat banyak khalayak penerbangan melihat adanya kurang preventif di sini,” kata Ziva, dalam keterangan tertulis, Senin (19/11).
Produsen pesawat dari Amerika Serikat ini tengah menjadi sorotan dunia karena tidak memberitahukan berbagai maskapai mengenai sistem automated stall-prevention dalam sensor angle of attack yang ada di Boeing B-737 MAX 8.
Sistem pengendalian pesawat itu yang diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 610.
Hal ini dinyatakan para ahli yang ikut dalam penyelidikan jatuhnya pesawat Lion Air, baik Federal Aviation Administration (FAA), maupun para pilot di Amerika Serikat.
Ketika memberikan pelatihan dan memaparkan kepada maskapai dan regulator saat peluncuran pesawat terbarunya itu, Boeing tidak mengungkapkan ada potensi eror dari sistem tersebut.
Narendra menuturkan, pada saat Boeing akan meluncurkan pesawat Boeing B-787 MAX 8 beberapa tahun lalu, juga pernah mengalami masalah dengan baterainya yang rentan terbakar saat mengudara dan terkena tekanan tertentu.
Namun pada saat itu Boeing akhirnya memperbaiki terlebih dulu dan menunda peluncuran komersilnya, ungkapnya.