SUKOHARJO, SERUJI.CO.ID -Organisasi Islam, Muhammadiyah menegaskan netralitas mereka secara organisasi dalam pemilihan Presiden yang akan berlangsung pada 2019 mendatang. Namun, Muhammadiyah membebaskan anggotanya menentukan pilihan politik sesuai dengan pilihan masing-masing.
“Ini sesuai dengan khitah Muhammadiyah yang bergerak di bidang dakwah,” ujar Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, di sela pelantikan Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), di Kampus UMS Sukoharjo, Selasa (15/8).
Terkait Pemilu 2019, Muhammadiyah berpesan kepada dua pasang peserta agar ke depan membangun Indonesia dengan dilandasi nilai agama, Pancasila, dan nilai luhur sebagai bangsa Indonesia.
“Ini juga saya sampaikan kepada bakal pasangan calon presiden dan wakil presiden, Prabowo/Sandiaga Uno, saat pasangan ini melakukan silaturahmi di Kantor Pusat Muhammadiyah, Senin kemarin,” ujarnya.
Pesan politik yang kedua, lanjutnya, yaitu tentang pentingnya peningkatan kedaulatan bangsa, baik dalam kedaulatan politik maupun kedaulatan ekonomi.
“Ini juga harus disertai dengan peningkatan kualitas SDM melalui penguatan pendidikan dan berdaya saing tinggi serta berkarakter,” ucapnya.
Pesan politik ketiga, yaitu negara yang harus aktif membangun kesejahteraan masyarakat secara merata, mengurangi kesenjangan ekonomi, terutama antargolongan.
Selain itu, pihaknya berharap agar Indonesia bisa memiliki daya saing hingga level internasional serta secara politik Indonesia harus lebih baik.
“Pada dasarnya reformasi politik harus tetap berjalan dengan menjadikan keadaban dan moralitas sebagai dasar berpolitik. Politik bukan saja berdasarkan kekuasaan,” katanya.
Menurut dia, yang paling penting adalah bagaimana Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam bisa berperan lebih besar di kancah internasional, terutama di negara Islam. (Ant/Hrn)
Ya memang seharusnya begitu,secara organisasi tdk boleh memberi dukungan kpd salah satu paslon, supaya tdk ada benturan diantara ormas.
Berikan kebebasan kpd anggotanya untuk memilih salah satu dari 2 pasang paslon.
Karena aku yakin,walau pimpinan ormas tdk mengarahkan,mereka cukup dewasa dan bisa memilih dan mimilah milah paslon mana yg sekiranya bisa merealisasikan keinginannya.
Tetap istiqomah dalam khittah…. amar ma’ruf nahi munkar.
Bukan ma’ruf yang lain.
Sebagai organisasi masyarakat yang berbasis keagamaan harusnya begitu, mendidik kader Bermoral Dan berakhlak agama Kemudian diberi kebebasan beramal sesuai bidangnya dengan mengamalkan nilai2 agamis..
Berpolitik, ya berpolitik yang berakhlak agamis, menyiarkan nilai2 agama dalam cara2 berpolitik, Bukan memanfaatkan agama yang kebetulan mayoritas untuk komoditas politik /kekuasaan Dan perolehan suara…
Harusnya NU Juga gitu ingat Khittah 1926 , tapi godaan uang Dan kekuasaan itu sangat berat dirasakan.akhirnya kembali ke khintah.