MENU

La Nyalla: Kongres PSSI Merupakan Momentum Mengembalikan Kedaulatan Voters

JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Komite Pemilihan (KP) PSSI telah melakukan verifikasi terhadap sejumlah nama yang mendaftar sebagai calon Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, dan anggota Exco PSSI periode 2019-2023. Proses ini akan terus berjalan hingga Kongres PSSI yang rencananya digelar 2 November mendatang di Jakarta.

Salah satu calon Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti mengatakan, sejatinya perubahan PSSI dan sepak bola nasional ada di tangan voters.

“Dengan hak suaranya di kongres, voters lah yang akan menjadi penentu hitam putihnya sepakbola negeri ini. Sebab, voters-lah yang memilih 15 pejabat elit PSSI untuk periode 2019-2023. Yaitu Ketua Umum, 2 Wakil Ketua Umum, dan 12 Exco,” kata La Nyalla lewat keterangan tertulis yang diterimas SERUJI di Jakarta, Rabu (16/10).

Namun, lanjut La Nyalla, kedaulatan yang sesungguhnya milik voters tersebut, praktiknya yang terjadi justru sebaliknya.

“Dengan kata lain, kebanyakan voters kurang berdaulat dengan suaranya. Ini momentum untuk menunjukan bahwa Voters PSSI kini lebih berdaulat,” ujarnya.

Tidak bisa dipungkiri, kata pria yang juga Ketua DPD RI ini, banyak voters yang lebih sering dan senang ditarik ke sana-sini oleh calon pemimpin maupun incumbent PSSI. Dirayu, diiming-imingi, dimanfaatkan, dan pada akhirnya voters itu sendiri menikmati dan memanfaatkan posisinya saat diboyong kesana-kemari.

Namun demikian, diakui La Nyalla, masih ada voters yang teguh berdaulat dengan suaranya.

“Tapi jumlahnya tidak banyak. Kebanyakan memilih pragmatis. Larut dengan cara-cara yang sudah dianggap kebiasaan alias transaksional. Bahasa pasarnya; ‘wani piro?’. Sebuah pola pikir dan kebiasaan yang akan membuat sepakbola bakal jauh dari perubahan,” tegas La Nyalla.

La Nyalla menilai, kebiasaan transaksional secara otomatis akan menggiring pilihan voters bukan berdasarkan logika dan nurani sepakbola untuk perubahan, tapi cenderung menjadi pilihan praktis dan hanya demi keuntungan sesaat atau keuntungan kelompok.

“Jika menyangkut besaran nominal uang, anggap saja motif hadir ke kongres hanya semacam mencari gaji ke-13, ke-14, dan seterusnya,” tuturnya.

Jadi, bagaimana agar sepakbola Indonesia bergerak ke arah perubahan? Menurut La Nyalla, itu hanya bisa diraih jika voters kembali berdaulat dengan suaranya.

Voters yang tidak semata-mata mengutamakan transaksional. Tapi voters yang peka dan responsif dengan keinginan perubahan di PSSI dan sepak bola nasional yang kini bergema di kalangan publik sepak bola sendiri.

“Voters harus memilih Ketum, Waketum dan Exco yang membawa aspirasi perubahan. Harus idealis. Bukan justru mencari kesempatan untuk mendapat keuntungan pribadi dengan ‘bertransaksi’ suara,” pungkasnya.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER