MENU

Putra Mantan Pemimpin Libya, Saif al-Islam Qaddafi, Dibebaskan

TRIPOLI – Saif al-Islam Qaddafi (44), putra dari mendiang pemimpin Libya Muammar Qaddafi, telah dibebaskan dari penjara menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Batalyon Abu Bakr al-Siddiq di Zintan, Libya, dilansir dari Al-Jazeera, Ahad (11/06), yang

Pernyataan tersebut tidak mengungkapkan lokasinya saat ini karena khawatir akan keselamatannya.

Saif al-Islam Qaddafi dibebaskan pada hari Sabtu setelah dia ditangkap dan dipenjarakan oleh kelompok bersenjata dari Zintan saat mencoba melarikan diri dari negara tersebut ke negara tetangga Niger pada tahun 2011 ketika pejuang oposisi merebut Tripoli.

Pembebasannya dikeluarkan sebagai bagian dari pengampunan umum yang dikeluarkan oleh pemerintah di kota Tobruk yang didukung oleh pemberontak Jenderal Khalifa Haftar, salah satu dari dua pemerintahan yang sedang bersaing di Libya.

Anak kedua dari sembilan anak Muammar Gaddafi, Saif al-Islam dilihat oleh banyak orang sebelum pemberontakan tahun 2011 sebagai pewaris tahta ayahnya dan orang kedua terkuat di Libya.

Saif al-Islam memiliki peran menonjol sepanjang kekerasan yang mencengkeram Libya setelah Musim Semi Arab. Dia banyak dituduh telah melakukan penyiksaan dan kekerasan terhadap lawan-lawan pemerintahan ayahnya.

Pada bulan Februari 2011, dia masuk dalam daftar cekal Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dilarang bepergian.

Pada bulan Juni 2011, dia mengumumkan bahwa ayahnya bersedia mengadakan pemilihan umum dan bersedia mundur jika dia tidak memenangkannya. Namun, NATO menolak tawaran tersebut dan pemboman Libya berlanjut.

Pada akhir Juni 2011, Pengadilan Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dia, namun dia tetap bebas sampai setelah kematian ayahnya Muammar Qaddafi dan saudaranya Mutassim di Sirte, pada tanggal 20 Oktober 2011.

Setelah negosiasi panjang dengan ICC, yang telah meminta ekstradisinya, pejabat Libya diberi wewenang untuk mengadili Saif al-Islam di Libya karena kejahatan perang yang dilakukan selama pemberontakan tahun 2011.

PBB memperkirakan bahwa sampai 15.000 orang tewas dalam konflik tersebut, sementara Dewan Transisi Nasional Libya menempatkan angka tersebut sebanyak 30.000 orang.

Pada tahun 2014, Saif al-Islam muncul melalui video di ruang sidang Tripoli di mana persidangannya diadakan, karena pada saat itu dia sedang dipenjara di Zintan. 

Pada bulan Juli 2015, pengadilan Tripoli menjatuhkan hukuman mati kepadanya secara in absentia. Sebagai didikan Barat dan terpelajar, Saif al-Islam menghadirkan wajah progresif ke rezim Libya dan sangat terlihat aktif dalam upaya memperbaiki hubungan Libya dengan Barat antara tahun 2000 dan dimulainya pemberontakan tahun 2011.

Sebagai negosiator dan berpengaruh secara internasional, Saif al-Islam memiliki sejumlah prestasi dan peran penting. Dia memainkan peran penting dalam negosiasi nuklir dengan kekuatan Barat termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

Pemegang doktoral dari London School of Economics (LCE) ini juga dalam menegosiasikan kompensasi untuk keluarga korban pengeboman Lockerbie, serangan klub malam Berlin, dan UTA Flight 772, yang meledak di atas gurun Sahara.

Dia memiliki sejumlah proposal lain termasuk “Isratine”, sebuah proposal untuk resolusi permanen konflik Palestina-Israel melalui solusi satu negara. Dia juga menjadi tuan rumah perundingan damai antara pemerintah Filipina dan pemimpin Front Pembebasan Islam Moro, yang menghasilkan sebuah kesepakatan damai yang ditandatangani pada tahun 2001.

Saat ini, Saif al-Islam masih masuk dalam daftar pencarian orang oleh ICC atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. (M.Gauzal/IwanY)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER