DILI, SERUJI.CO.ID – Ribuan orang Timor Leste berbaris untuk memberikan suara dalam pemilihan umum pada Sabtu (12/5), dalam upaya untuk mengakhiri bulan-bulan kebuntuan politik di parlemen negara Asia Tenggara yang kecil itu.
Kampanye pemilihan umum bulan ini telah dirusak oleh kekerasan sporadis, meskipun Timor Timur sebagian besar telah damai dalam beberapa tahun terakhir menyusul serangan berulang ketidakstabilan politik yang dideritanya setelah kemerdekaan dari Indonesia pada 2002.
Pemilihan umum parlemen 2017 tidak menghasilkan pemenang yang jelas, dengan partai Fretilin dari Perdana Menteri Mari Alkatiri memenangkan hanya 0,2 persen suara lebih banyak daripada Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT), partai pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao.
Presiden Timor Leste Francisco “L-Olo” Guterres membubarkan parlemen awal tahun ini dan menyerukan pemilihan umum baru, pemilihan umum parlemen kelima sejak kemerdekaan dari Indonesia pada 2002.
Mantan presiden Gusmao memberikan suara di ibu kota Dili ketika jajak pendapat dibuka pada pukul 07.00 waktu setempat (05.00 WIB).
“Saya akan mengatakan bahwa (pemilihan umum ini) akan berarti akhir dari kebuntuan ini,” katanya kepada wartawan.
Ia menambhakn akan menerima hasil pemilu jika tanpa kecurangan.
“Kami hanya akan menerima hasilnya jika kami melihat bahwa tidak ada kejanggalan, tidak ada kecurangan pemilu,” tambahnya.
Demokrasi pada negara termuda Asia tersebut telah berjuang untuk mengurangi kemiskinan, memberantas korupsi dan mengembangkan sumber daya minyak dan gas yang kaya. Sektor energi menyumbang sekitar 60 persen dari produk domestik bruto pada 2014 dan lebih dari 90 persen dari pendapatan pemerintah.
Kandidat dalam pemilihan umum Sabtu (12/5) telah berkampanye tentang janji untuk mengembangkan pendidikan dan kesehatan serta meningkatkan sektor pertanian dan pariwisata.
Jajak pendapat tutup pukul 15.00 waktu setempat dan hasil tidak resmi diperkirakan tiba pada sore hari. Hasil resmi kemungkinan akan diumumkan minggu depan.
Lebih dari 700 ribu warga Timor Timur terdaftar untuk memilih di negara itu, yang memiliki lahan yang sedikit lebih kecil dari Hawaii dan merupakan rumah bagi 1,2 juta orang.
Bekas koloni Portugis tersebut diserbu oleh negara tetangga Indonesia pada 1975. Gerakan perlawanan 24 tahun yang sering kekerasan membuat Timor Timur memutuskan menuju kemerdekaan pada 2002 dan banyak tokoh-tokoh utamanya masih menonjol dalam menjalankan negara. Anggota militer dan polisi melakukan pemberontakan pada 2006. (Ant/SU02)