JAKARTA – Pengamat media sosial Nukman Luthfie memperkirakan keriuhan di media sosial mengenai berita palsu alias hoax akan bertambah seiring dengan Pilkada DKI yang akan diadakan dua putaran. “Yang jelas, tinggal dua, pertempuran makin seru,” kata Nukman, di Jakarta, Kamis (23/2).
Perkiraannya itu didasari pemilihan presiden 2014 lalu, saat Prabowo Subianto dan Joko Widodo memperebutkan kursi RI 1. “Publik terbelah,” imbuhnya.
Penyebaran hoax, lanjut dia, tidak ada kaitannya dengan pilkada yang berlangsung dua putaran. Tetapi, ia membenarkan penyebaran hoax memang meningkat pesat saat momentum Pilkada 2017. “Hoax tidak akan hilang karena di mana-mana black campaign selalu dipakai untuk kampanye,” jelasnya.
Media sosial, selama periode kampanye Pilkada DKI 2017, kerap menjadi wadah untuk menyebarkan berita yang belum tentu benar terkait dengan tiga pasangan calon yang maju.
Sebelumnya, Direktur Wahid Institute Yenny Wahid mengatakan, pada putaran kedua isu agama dan kesukuan akan makin kencang karena adanya sosial media. Pasalnya, masyarakat tak kritis ketika menerima isu tersebut dengan ditelan mentah-mentah.
“Akan lebih banyak hoax dan provokasi lewat sosmed itu prediksi saya,” tegas dia. Pilkada DKI Jakarta putaran pertama menunjukkan bahwa warga Jakarta lebih berpikir kinerja itu penting, karena perspektif hasil pilkada putaran pertama orang Indonesia menunjukkan memilih kinerja.
“Apakah berita ini tersiar atau tidak keluar negeri, jika tersiar bahwa orang Indonesia lebih memilih kinerja dalam memilih dibanding isu agama maka persepsi dunia terhadap Indonesia akan berubah,” ujar dia.
EDITOR: Rizky
dan sama sama sdh kita ketahui siapa produsennya,,,