MENU

Hadiri KTT Luar Biasa OKI, DPR Minta Jokowi Tegas Terhadap AS

“Dulu kita punya Soekarno setelah kemerdekaan tahun 1945. Setelah itu sepuluh tahun tahun 1955, Soekarno sudah berhasil mengundang Negara-Negara Asia Afrika duduk dalam satu meja, lalu menyepakati platform bersama dari Negara-Negara Afrika dan dari platform itu banyak sekali keputusan-keputusan yang mengubah wajah dunia,” paparnya.

Tapi sekali lagi, menurut dia hal itu tentunya memerlukan seorang yang punya kharisma, punya kemampuan berbicara yang kuat, baik dan juga datang membawa teks narasi yang kuat tadi, seperti yang katakan diawal.

“Nah apakah Indonesia masih bisa melakoni ini. Ini pertanyaan penting yang patut diajukan,” katanya.

Fahri menyebutkan adanya kondisi awal yang dapat menyatukan bangsa-bangsa OKI, ada juga kondisi akhir, seperti sekarang ini yang mungkin perlu dicari celahnya untuk menemukan kesamaan kata. Misalnya, sebelum melompat kepada isu tekhnis yang sekarang berkembang, coba memasuki dulu isu-isu strategis misalnya kedudukan Al Quds.

Dalam hal ini, dirinya mengingatkan kalau orang Islam harusnya tidak boleh berbeda pendapat tentang kedudukan Al Quds, kedudukan Palestina dan kedudukan sejarah bangsa Palestina. Karena, kalau untuk itu saja berbeda bagaimana bisa bersatu? Dan kedudukan Palestina dan Al Quds itu disatukan oleh pandangan yang secara fundamentil ada dalam naskah dan kitab suci, juga naskah dalam hadis-hadis nabi.

“Kalau ini diletakan terlebih dahulu, tentu bangsa-bangsa Islam akan mudah bersatu. Berikutnya, baru kita letakan kepentingan politik kita hari ini, yang memang memerlukan adanya negosiasi-negosiasi. Tetapi alur berfikirnya harus seperti itu, memulai dari apa yang kita miliki maka kita dapat menyatukan bansga-bangsa OKI,” pungkasnya. (Herdi S/SU02)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER