MENU

Bilakah Jokowi ‘Blusukan’ ke Rohingya?

Mungkinkah?

Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan langkah Pemerintah Indonesia yang dilakukan selama ini dalam menyikapi krisis kemanusiaan di wilayah Rohingya masih normatif, seperti seruan dan kecaman terhadap perlakukan dari aparat militer di Myanmar.

“Namun perlu tindakan nyata sebagai negara yang besar dan berdaulat, seperti membuka diri untuk memberikan perlindungan terhadap warga Rohingya dengan memberikan tempat pengungsian di salah satu lokasi atau pulau,” ujar politikus Partai Gerindra tersebut.

Sosok Joko Widodo telah dikenal sebagai pemimpin tertinggi dari negara Muslim terbesar di dunia.

Pidatonya yang menegaskan bahwa umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik dan radikalisme dan terorisme di hadapan para pimpinan negara-negara Arab dan Islam serta Presiden AS Donald Trump pada Konferensi “Arab Islamic American Summit” di Riyadh pada 21 Mei mengokohkan perannya sebagai pemimpin Muslim dunia.

Jokowi juga jelas mengatakan bahwa jutaan umat Muslim harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan jutaan generasi muda kehilangan harapan masa depannya.

Wajah Jokowi pada sampul majalah TIME edisi Oktober 2014 bertajuk “A New Hope, Indonesian President Joko Widodo is a force for democracy”, menunjukan betapa Indonesia dipandang sebagai negara besar dalam berdemokrasi.

Nama besar Presiden Republik Indonesia tersebut menunjukan besarnya pengaruh negara kepulauan terbesar dunia tersebut di kancah dunia dalam menghadapi persoalan global.

Bila kepala negara Indonesia tersebut mengambil langkah seperti apa yang dilakukan pendahulunya (Soeharto) untuk kasus Rohingya, Jokowi yang pernah disebut-sebut sebagai ‘Satrio Piningit’ saat menjelang pemilihan presiden pada 2014, mungkin akan muncul sebagai kesatria sejati bila berkehendak ‘blusukan’ ke Rakhine.

Jokowi punya seluruh kekuatan yang diperlukan untuk menjadi “harapan baru dan kekuatan demokrasi” di kawasan Asia Tenggara. Apalagi posisi tawar Indonesia dalam ASEAN sangat kuat, baik dalam segi politik, ekonomi dan budaya.

Kehadiran seorang presiden Muslim dari negara Muslim terbesar di dunia di tengah wilayah konflik Rakhine bisa menjadi efek jera bagi pemerintah Myanmar karena kunjungan tersebut pasti mendapat sorotan internasional yang luas dan masif, serta akan mendulang lebih banyak dukungan bagi Indonesia dalam membela Muslim Rohingya yang tertindas.

Hanya dengan adanya sosok Jokowi di Rakhine kecaman atas pemerintah Myanmar untuk segera menghentikan aksi kekerasan atas Muslim Rohingya dan seruan melaksanakan solusi 4+1 akan bergaung lebih keras lagi.

Di lain pihak, selain mengkritik keras kekerasan atas Rohingya dengan mengatakan bahwa mereka disiksa dan dibunuh hanya karena ingin menjaga budaya dan kepercayaan mereka, Paus Fransiskus berencana mengunjungi Myanmar dan Bangladesh pada akhir November dan awal Desember, dua negara terjebak dalam kemelut mengenai suku kecil Muslim Rohingya.

Vatikan, yang memastikan laporan Reuters, mengatakan pada Senin bahwa Paus akan mengunjungi Myanmar pada 27-30 November, tepatnya ke Yangon dan ibu kota, Naypyitaw. Ia akan mengunjungi ibu kota Bangladesh, Dhaka, sejak 30 November hingga 2 Desember. (Ant/SU02)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER