JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengaku telah memberikan masukan kepada Jokowi soal penanganan terorisme terkait materi debat capres perdana yang berlangsung Kamis malam ini.
“Saya sudah beri masukan apa yang kita kerjakan selama ini,” kata Suhardi di sela Rapat Kerja dan Penandatanganan Perjanjian Kinerja BNPT Tahun 2019, di Jakarta, Kamis (17/1).
Dijelaskan Suhardi, salah satu masukan yang diberikan adalah upaya penanggulangan terorisme melalui pendekatan secara halus (soft approach) seperti deradikalisasi dan sosialisasi melalui pendidikan mengingat metode pendekatan ini diapresiasi dunia internasional.
“Bahkan kita menjadi role model, Indonesia menjadi role model setelah Presiden Jokowi menjadi pembicara di Riyadh di Arab Islamic American Summit tahun 2017. Penanganan terorisme tidak hanya pendekatan tunggal, yakni hard approach, tapi juga soft power approach,” kata Suhardi.
Baca juga:Â RUU Antiterorisme Atur Ancaman WNI Kombatan Teroris
Menurutnya, Jokowi sudah menguasai cara penanganan terorisme karena itu merupakan ‘speech’ Jokowi.
“Memang kami yang siapkan, tapi betul-betul speech beliau kebijakan yang sudah dikembangkan selama ini program deradikalisasi, termasuk kontranya,” ujarnya.
Pendekatan secara halus ini tentunya tidak bisa dilakukan oleh BNPT sendiri, melainkan harus merangkul kementerian dan lembaga terkait.
“Kita mengidentifikasi masalah di hulu, jangan bermain di hilir terus. Apa yang menyebabkan terorisme itu yang kita garap, kita sinergikan dengan kementerian dan badan terkait,” ujarnya.
Sementara itu, Menko Polhukam Wiranto membenarkan pentingnya sinergitas antara lembaga terkait dalam menanggulangi terorisme. Dengan ditekannya peredaran terorisme di masyarakat dapat berpengaruh dengan kemanan dan sistem politik negara.
“Kita sekarang harus mempertahankan stabilitas politik dan keamanan. Karena ada korelasinya, keamanan nggak beres, maka politik nggak beres,” kata Wiranto. (Ant/SU05)