
Kolumnis Hugo Borst di tabloid harian Belanda Algemeen Dagblad mencoba menganalisis kegagalan ini. Ia mengatakan dengan tegas: “Tim tersebut telah kehilangan kreativitas dan keberaniannya”.
Menurut Borst, permainan Belanda saat ini sangat monoton dan membosankan. “Tidak ada tim lain di alam semesta yang bermain bola ke samping dan ke belakang sebanyak Belanda,” jelasnya.
Marco van der Heide, mantan pemain profesional dan komentator sepakbola menambahkan “Di Belanda kita masih bermain bertahan dengan menutup pergerakan pemain lawan, sementara kebanyakan tim lain termasuk negara-negara kecil sekarang menggunakan prinsip pertahanan zona.”
Pertahanan zona yang dimaksud berarti mencakup area, bukan pemain, yang membuat tim tidak meninggalkan lubang dalam pertahanan yang dapat dieksploitasi lawan, lanjut Van der Heide.
Padahal, dahulu Belanda amat dikenal dengan “total football” dengan ikonnya sang legenda Johan Cruyff. Total football adalah filosofi taktis dimana pemain di posisi manapun bisa berperan sebagai pemain posisi lain, sehingga memungkinkan pemain untuk berkeliaran dengan bebas di posisi yang berbeda, asalkan formasi keseluruhan terjaga. Taktik tersebut membuat Belanda mencapai dua final Piala Dunia berturut-turut pada 1974 dan 1978.
“Belanda dimanjakan oleh prestasinya sendiri,” kata Van der Heide.
“Untuk negara kecil seperti itu Belanda telah mencapai hasil yang baik begitu lama sehingga kami pikir kami memiliki semua pengetahuan tentang sepakbola.”