Imam Al Ghazali menerangkan bahwa orang yang dipuji sedang menghadapi dua keburukan. Pertama, ia bisa terjangkit penyakit sombong dan merasa diri hebat (‘ujub). Padahal sombong dan ujub adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Kedua, ia bisa lupa diri karena terlena dengan pujian.
Saudaraku, seharusnya pujian yang orang lain berikan kepada kita itu membuat kita malu dan berkaca diri. Benarkah kita sebagaimana yang mereka katakan. Karena, sesungguhnya pujian itu datang disebabkan mereka mengira sesuatu yang sebenarnya tak ada pada diri kita.
Namun, orang yang cinta dunia akan menikmati pujian-pujian itu. Bahkan, ia akan berusaha mencari pujian dari orang lain pada setiap pekerjaan yang ia lakukan. Ia akan terus membagus-baguskan topeng daripada membaguskan isi atau kualitas dirinya. Ketika pujian itu ia dapatkan, maka puaslah hatinya. Sedangkan ketika pujian itu tidak ada, maka kecewalah dia. Pada orang seperti ini, tidak ada Allah di dalam hatinya. Na’udzubillahi mindzalik.
Coba kita tafakuri, apakah yang ada pada diri kita sehingga bisa menjadi alasan bahwa diri kita ini pantas untuk dipuji. Kita ini hanya makhluk lemah, berasal dari setetes air mani, yang kemana-mana membawa –maaf- kotoran, dan akhirnya nanti menjadi bangkai. Kita pun sekedar makhluk yang tak punya apa-apa, selain sekedar titipan dari Allah SWT.
Hati-hatilah dengan pujian..