SERUJI.CO.ID – Secara geografis semenanjung Arabia adalah wilayah yang didominasi oleh padang pasir terluas di dunia yang kering tanpa sungai bernama Rub al-Khali. Hanya terdapat sedikit tanah subur di Semenanjung Arabia yaitu yang dikenal dengan fertile crascent di wilayah sekitar Suriah, Turki dan Iraq Utara (Republika, 2012). Yang lainnya adalah wilayah Yaman yang mendapatkan sedikit hujan sehingga lebih subur dari wilayah lainnya.
Kondisi geografis given seperti ini membentuk karakteristik sosial ekonomi yang unik, dimana selain peternakan dan pertanian, perdagangan menjadi pilihan logis bagi penduduknya. Pertanian di Timur Tengah adalah pergulatan secara terus-menerus untuk menaklukkan alam yang panas dan kering.
Dari suku-suku gurun pasir, bangsa Arab berkembang menjadi bangsa yang berdagang jauh ke wilayah lain bahkan sejak jaman pra-Islam. Pada jaman Nabi Muhammad SAW, penduduk Makkah adalah generasi kedua bangsa nomaden yang mulai menetap. Islam yang berkembang cepat dan ekspansif memberikan dorongan bagi muslim Arab untuk mengenal peradaban maju lainnya, termasuk melalui perdagangan.
Semenjak jaman Khulafaur Rasyidin, kekuasaan Arab meluas menyentuh Bizantium, Mesir dan Persia yang dikenal sebagai Timur Tengah kini. Muslim Arab belajar dari peradaban besar yang ditundukkannya, membentuk peradaban baru yang merupakan sintesis yang unik.
Jika peradaban besar biasanya muncul dan berkembang di sekitar sungai besar yang menopang kehidupan penduduknya, Bangsa Arab mampu menciptakan peradaban besar dari gurun pasir yang panas dan kering.
Timur Tengah dan Perdagangan
Perdagangan sebagai jalan hidup telah mapan pada saat Muhammad SAW memulai misinya di Mekkah. Sang Nabi sendiri adalah seorang pedagang sukses yang menjalankan bisnis sampai ke Syiria (Armstrong, 2001). Sebagai operator bisnis Khadijah, Muhammad SAW melakukan perjalanan dagang ke Negeri Syam dan memperoleh sukses besar dengan menghasilkan keuntungan yang sangat banyak.