Menurut Sukiat sebagai pemilik Kiat Motor, produknya bernama “Mahesa” adalah kendaraan yang dirancang untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat desa khususnya yang berprofesi sebagai petani dan dapat dikombinasikan dengan berbagai peralatan pengolahan hasil pertanian.
“Mahesa” dirancang menggunakan mesin disesel 650 cc sehingga berbahan bakar solar dan pengoperasiannya murah. “Mahesa” juga menggunakan komponen yang diproduksi pabrik lokal di wilayah industri Yogyakarta, Solo, Klaten, Ungaran dan Salatiga.
Sementara hingga saat ini “Esemka” pun belum diproduksi massal. Data hasil pengujian di Balai Termodinamika Mesin Propulsi Serpong pada 7 Februari 2012 menyatakan Esemka belum memenuhi standar Kementerian Lingkungan Hidup. Mobil Esemka menjalani uji emisi kedua pada pertengahan Juni 2012. Hasilnya, kendaraan ini berhasil memenuhi ambang batas, yaitu untuk CO di bawah 5 gram per kilometer dan untuk HC+NOX di bawah 0,70 gram per kilometer.
Selanjutnya pada April 2016, perusahaan yang akan memproduksi mobil Esemka, PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH), masih menunggu izin manufaktur dari Kementerian Perindustrian. Izin tersebut diperlukan agar mereka bisa memproduksi kendaraan bermotor. (Ant/SU02)
Smk…?
klo mo kompetitif, pemerintah hrsnya buka PO buat modal awal mereka. 100-200 Unit misalnya. biar mrk survice dulu
Seharusnya Presiden memberi kemudahan dalam segala hal, apalagi jika selurh komponen pemerintahan dilibatkan dengan mewajibkan memiliki kendaraan produksi lokal bagi PNS dan anggota dewan supaya bisa bersaing dengan produksi dari luar dan bisa menambah PAD masisng-masing daerah jika hal ini mau menyejahteraka Perusahaan Lokal dan memberdyakan tenaga muda indonesia yang memang sudah meningkat Demografinya. ayo serukan memiliki produk-produk dalam negeri.
Bukankah mobil ESEMKA sudah laku ratusan bahkan ribuam unit pak ? Mau bikin mobnas apa lagi https://t.co/fICWlC3ZAB