KENDARI, SERUJI.CO.ID – Ratusan pemegang kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan di Sulawesi Tenggara (Sultra) mengeluh karena terbatasnya fasilitas kesehatan serta persediaan obat di daerah ini.
Akibatnya, banyak pemegang kartu BPJS Kesehatan di daerah ini memilih berobat secara umum untuk mendapatkan obat berkualitas dan pelayanan yang memadai.
“Saya sudah jarang pakai kartu BPJS. Soalnya, kalau berobat mengandalkan kartu BPJS sering kecewa, pelayanannya sangat ala kadarnya dan kualitas obat yang diberikan itu itu terus dan tidak membuat sakit saya sembuh,” keluh Andi Rahmatia Gassing, 48 thn, salah seorang pemegang kartu BPJS Kesehatan di Andonohu, Kendari.
Obat di Fasilitas Pengobatan BPJS Sering Kosong dan Tidak Paten
Ditemui di sebuah rumah sakit swasta di Kendari, Ahad (14/4), Andi Rahmatia mengaku sebelum akhirnya memilih berobat di rumah sakit swasta dan membayar, penderita gangguan pencernaan ini sudah rajin berobat di Puskesmas Poasia, tapi tak kunjung ada perubahan.
Kendalanya, menurut keterangan beberapa dokter pemeriksa, lebih karena persediaan obat di Puskesmas sangat terbatas sehinggs para dokter tidak bisa memberi obat paten yang memang tidak ada persediaannya.
“Berbeda kalau berobat di rumah sakit swasta, obat patennya selalu tersedia,” kata Andi.
Puskesma Telah Berulangkali Minta Obat Yang Habis, Belum Direspon Pemerintah
Seorang dokter di Puskesmas Poasia, Andonohu, menuturkan, pemerintah sebenarnya sudah diinfomasikan mengenai keterbatasan obat itu, termasuk banyak obat generik yang mestinya ada, tetapi kosong dan sudah berulangkali dikabari namun belum juga direspon hingga kini.
Obat yang kosong itu antara lain obat paten untuk penderita kolesterol, hipertensi dan banyak lagi lainnya.
“Akibatnya kami para dokter yang sering jadi sasaran keluhan pasien. Karena melayani dengan obat yang itu-itu terus,” ujar seorang dokter.
Penderita Sakit Berat Lebih Sering Dirujuk ke Makassar dan Jakarta
Keluhan lain juga diungkapkan beberapa penderita sakit berat seperti jantung, gangguan ginjal dan kanker darah. Untuk mengatasinya, dokter di Kendari sering memberi rujukan berobat ke Rumah Sakit Wahidin di Makassar atau rumah sakit lainnya di Jakarta.
Ihwal keterbatasan fasilitas kesehatan dan obat itu, banyak pemegang kartu BPJS kemudian mengadu ke Gubernur dan Wagub Sultra.
“Kami berharap Gubernur akan menanggapi agar pada saatnya nanti pasien gangguan jantung misalnya, tidak perlu jauh jauh berobat di Jakarta, tetapi bisa dilayani di Kendari,” tutur Noor Aida, karyawati Kanwil Kemenag Sultra yang juga penderita gangguan jantung.