DAMASKUS – Dikonfrontir dengan bukti adanya penyisaan dan penggantungan massal di penjara militer Saydnaya, Presidan Syria Bashar Assad menyebut itu produk dari ‘era kabar bohong.’ Ia menyebut, kelompok hak azasi Amnesty International memalsukan bukti untuk mendiskreditkan pemerintahannya.
Pernyataan itu dilontarkan Assad dalam wawancara dengan Michael Isikoff koresponden investigatif Yahoo News yang dipublikasikan 10 Februari 2017. “Kita sekarang hidup di zaman hoax. Kalian bisa memalsukan apa saja hari ini,” tegas pemimpin Assad dari kelompok minoritas Alawit di Syria itu.
Assad juga bersikeras, Amerika Serikat tidak punya dasar untuk mengecam Syria atas pelanggaran HAM. Ia juga membantah foto-foto yang diambil dari mantan fotografer berkode Caesar. Padahal, pejabat Amerika Serikat menyamakan foto-foto itu seperti adegan di kamp-kamp konsentrasi Nazi.
Foto-foto itu menunjukkan tubuh tahanan dipukuli secara brutal di penjara militer. Sebagian besar diyakini sebagai pemrotes politik. Foto itu dijadikan bukti untuk mengajukan gugatan di Pengadilan Nasional Spanyol terhadap sembilan pejabat senior keamanan dan intelijen Syria atas kejahatan HAM.
Namun, Assad menyebut foto-foto itu diedit dengan photoshop. Ketika Isikoff menunjukkan laporan FBI yang menyimpulkan foto-foto itu tentang peristiwa betulan dan orang nyata tanpa dimanipulasi, Assad tetap mengesampingkannya.
“Jika FBI mengatakan sesuatu, itu bukan bukti bagi siapa saja –terutama bagi kami. Jika Anda membawa foto-foto ini di pengadilan mana pun di negeri kami, apa itu bisa menjadi bukti pidana? Kejahatan apa? Siapa yang melakukannya? Jika tidak punya gambaran sepenuh-penuhnya, jangan main hakim sendiri!”
Sebelumnya, Amnesty International menyebut 5.000 hingga 13.000 orang digantung mati di penjara Saydnaya dekat Damaskus antara 2011 hingga 2015 dan masih berlangsung hingga sekarang. Organisasi itu mengaku mendapat bukti dari 84 saksi, termasuk korban hidup, penjaga penjara, dan mantan petinggi penjara dalam investigasi setahun penuh.