Sebelum perjalanannya dimulai, Mochammad menghabiskan waktu dua minggu di hutan provinsi Banten untuk pengkondisian fisik. Dia juga menghabiskan beberapa minggu di masjid untuk penguatan spiritual.
Mochammad yakin bahwa ibadah haji bukan hanya soal hamba dan Tuhannya, namun soal bagaimana seorang hamba berhubungan dengan makhluk lainnya.
“Saya tidak pernah meminta tapi saya selalu bertemu orang yang memberi saya makanan dan bekal lainnya,” lanjutnya.
Di Thailand dia pernah disambut bikhu kuil Budha. Dia juga pernah diberi makan orang-orang di perdesaan Myanmar. Dia juga sempat belajar dan bertemu dengan ilmuwan Muslim dari berbagai negara di masjid Jamaah Tabligh di India.
Di Yangon, dia sempat berteman dengan pasangan turis asal Irlandia yang beragama Kristen.
“Alhamdulillah, selama perjalanan, Allah SWT memberikan terus rahmat dan pertolongannya. Dan juga melalui energi positif, saya belum pernah bertemu atau dipertemukan dengan orang jahat dan berniat jahat kepada saya,” tutur Mochammad.
Mochammad menceritakan bahwa dia tidak pernah bertemu dengan perampok di jalan, tapi setidaknya sebanyak tiga kali berhadapan dengan ular berbisa ketika melintasi kawasan hutan di Malaysia.
“Ajaibnya, sebelum mereka menggigit saya, mereka tiba-tiba jatuh dan mati,“ ceritanya.
Menurut Mochammad, justru dia menemukan musuh terbesarnya dalam menempuh perjalanan panjang itu adalah dirinya sendiri.
“Saya juga melakukan jihad yang lebih besar, mendisiplinkan diri saya dan berjuang melawan godaan berbuat dosa,” tuturnya.
Apa rahasianya hingga dia mampu berjuang melawan godaan berbuat dosa dan mengatasi kondisi fisiknya dalam mencapai tujuan? Mari kita simak.

Semoga bisa segera menyusul ke Tanah Suci Makkah dan Madinah. aamiin
Subhanallah