YANGON – Pemimpin nasional Myanmar, Aung San Suu Kyi, tidak akan menghadiri Sidang Umum PBB di New York, kata juru bicaranya pada Rabu (13/9), di tengah tekanan internasional untuk menyelesaikan kekerasan terhadap Muslim Rohingya.
Kekerasan tersebut telah memaksa 370.000 warga Muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh.
Krisis yang disebabkan oleh penggunaan kekerasan berlebihan oleh pasukan keamanan pemerintah untuk memburu gerilyawan Rohingya itu adalah tantangan terbesar yang dihadapi Suu Kyi sejak menjadi pemimpin Myanmar pada tahun lalu.
Banyak pihak yang akhirnya mendesak agar hadiah Nobel Perdamaian untuk Suu Kyi dicabut karena membiarkan pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas di negara yang dipimpinnya.
Dalam pidato pertama di hadapan Sidang Umum PBB sebagai pemimpin bangsa pada September tahun lalu, Suu Kyi sempat menyebut upaya pemerintahannya untuk mengatasi diskriminasi terhadap kelompok minoritas Muslim di Myanmar.
Pada tahun ini, juru bicara partainya mengatakan bahwa Suu Kyi tidak akan menghadiri acara tersebut dan mengaku tidak tahu apa alasannya.
“Dia tidak pernah takut menghadapi kritik dan masalah. Mungkin dia punya masalah yang lebih mendesak untuk diselesaikan di sini,” kata Aung Shin, juru bicara partai kepada Reuters.