ANKARA, SERUJI.CO.ID – Turki mulai mengambil inisiatif di Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membatalkan sebuah keputusan oleh Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, kata Presiden Tayyip Erdogan pada Jumat (16/12).
Berbicara di hadapan kerumuman orang yang berkumpul di Konya, ibu kota Anatolia, di bagian tengah Turki, melalui telekonferensi, Erdogan mengatakan Turki pertama akan mengusahakan pembatalan langkah tersebut di Dewan Keamanan, dan jikalau gagal pihaknya akan berusaha di Majelis Umum PBB.
Pada Rabu, para pemimpin Muslim mengadakan konferensi tingkat tinggi di Istanbul dan mengutuk pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel oleh Presiden AS Donald Trump dan menyerukan dunia untuk menanggapi dengan mengakui Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina.
Presiden Erdogan pada Sabtu (9/12) mengatakan keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel bertolak-belakang dengan hukum internasional dan resolusi PBB.
“Dewan Keamanan PBB telah melakukan tindakan besar untuk memukul pengumuman ini,” kata Erdogan dalam satu pertemuan di Istanbul.
Ia mengatakan pengumuman mengenai Yerusalem tersebut telah membuat AS berbenturan dengan Resolusi 478 Dewan Keamanan — yang mengutuk upaya pencaplokan Israel atas Yerusalem Timur dan mendesak negara anggota PBB untuk menarik misi mereka dari Yerusalem.
“Bagaimana itu bisa mungkin? Anda membubuhi tandatangan dan sekarang Anda membantahnya,” kata Erdogan.
“Memimpin dunia tidak mudah dan menjadi kuat tak memberi Anda hak ini,” kata Erdogan mengenai Presiden Trump, yang pada Rabu (6/12) mengubah kebijakan yang telah lama dipegang AS dengan mengumumkan keputusannya untuk mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan memulai prosedur pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
“Para pemimpin negara besar bertugas mewujudkan perdamaian, bukan menciptakan konflik,” kata Presiden Turki tersebut.
Erdogan juga menuduh Israel menjadi negara pendudukan, melakukan perluasan bertahap wilayah Israel dari 1947 sampai hari ini di peta yang terlihat di layar.
“Sekarang, dengan kekuatan polisinya, mereka menyerang anak-anak dan pemuda, dan menyebar teror,” kata Erdogan. Sekali lagi, ia menggambarkan Yerusalem sebagai garis merah buat Dunia Islam.
Erdogan telah mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel dan menyerukan pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Islam di Istanbul pada 13 Desember.
Status Yerusalem termasuk di antara masalah inti yang berkaitan dengan konflik Palestina-Israel, sementara rakyat Palestina berusaha mendirikan negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya. (Ant/SU02)