Berstatus tanpa kewarganegaraan membuat komunitas Rohingya juga tidak mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi.
“Banyak dari mereka buta huruf karena tidak mendapatkan akses pendidikan. Saat kami melakukan pemantauan kepada pengungsi Rohingya di Aceh, kami mendapatkan fakta bahwa rata-rata wanita dan anak-anak menjadi kelompok yang rentan terhadap tindakan pelecehan seksual, bahkan pemerkosaan,” kata dia.
Akibatnya, wanita dan anak-anak Rohingya banyak menderita trauma dan persoalan mengatasi trauma terhadap anak-anak dan wanita itu sangat minim.
Berdasarkan temuan tersebut, Indonesia serta negara-negara ASEAN lainnya melakukan langkah strategis untuk mengatasi krisis Rohingya
“Isu kemanusiaan Rohingya harus dipahami secara utuh dari berbagai perspektif baik dari ekonomi, politik maupun sosial,” ujar dia. (Ant/SU01)