MENU

Kekhawatiran terhadap Stabilitas Politik Naik

JAKARTA – Sebanyak 25 persen konsumen menyatakan bahwa mereka khawatir akan kondisi stabilitas politik. Angka ini meningkat 12 persen jika dibandingkan kondisi kuartal ketiga tahun lalu. Namun sebaliknya, kekhawatiran konsumen Indonesia akan kondisi ekonomi justru turun menjadi 26 persen dibandingkan kuartal sebelumnya (31 persen). Demikian hasil temuan Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intention sepanjang kuartal terakhir 2016 yang dirilis baru-baru ini. Survei dilaksanakan pada 31 Oktober – 18 November 2016 dengan responden lebih dari 30.000 konsumen online di 63 negara.

“Jelang Pilkada, adanya kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Ahok, yang kemudian diikuti dengan aksi 411, berdampak cukup signifikan terhadap keyakinan konsumen Indonesia pada kuartal terakhir tahun lalu,” ungkap Agus Nurudin, Managing Director Nielsen Indonesia.

Lembaga survei yang berpusat di New York itu juga mengemukakan data bahwa kekhawatiran konsumen terhadap stabilitas politik sama besarnya dengan kekhawatiran terhadap kondisi toleransi antar agama. Indeks Keyakinan Konsumen Global di kuartal akhir 2016 meningkat tiga poin menjadi 101 dibandingkan dengan kuartal pertama di tahun tersebut. Sementara Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia tercatat turun dari 122 di kuartal ketiga tahun lalu menjadi 120 pada kuartal keempat.

Menurut Agus, kondisi tersebut menunjukkan bahwa meskipun turun dua poin, Indonesia masih berada dalam urutan teratas 5 negara teroptimis di dunia setelah India (136), Filipina (132), Amerika Serikat (123), dan berada di atas Vietnam (112). Turunnya Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia, jelasnya, dipengaruhi oleh dua indikator yang mengalami penurunan. Pertama, optimisme mengenai kondisi keuangan pribadi dalam 12 bulan mendatang dengan skor 81 (turun tiga poin dibandingkan dengan kuartal sebelumnya). Dan kedua, keinginan berbelanja dalam 12 bulan mendatang dengan skor 59 (turun satu poin dari kuartal sebelumnya).

Sementara itu, optimisme mengenai prospek lapangan kerja dalam 12 bulan mendatang stabil di skor 68 sejak kuartal ketiga 2016. Pada kuartal terakhir tahun lalu, persepsi konsumen Indonesia mengenai resesi ekonomi juga memburuk. Konsumen Indonesia yang berpendapat bahwa saat ini negara sedang berada dalam keadaan resesi ekonomi meningkat menjadi 54 persen dibanding kuartal sebelumnya yang hanya 47 persen.

Simak: Diluncurkan di Jakarta Tokoumat.com Meramaikan Ecommerce Indonesia

Menurut Agus, persepsi tersebut berdampak pada cara konsumen membelanjakan dana cadangannya dengan mengurangi anggaran untuk menabung. Jika di kuartal ketiga 2016 ada 77 persen konsumen Indonesia yang memilih menggunakan dana cadangannya untuk menabung, pada kuartal keempat jumlah ini menurun menjadi 71 persen. Di sisi lain, konsumen yang menggunakan dana cadangan untuk berinvestasi di pasar saham atau reksadana sedikit meningkat dari 28 persen di kuartal ketiga menjadi 30 persen di kuartal keempat tahun lalu.

Terkait penghematan biaya rumah tangga, pada kuartal ini konsumen online Indonesia yang memilih untuk mengurangi belanja baju baru meningkat menjadi 49 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 47 persen. Disusul oleh konsumen yang memilih mengurangi hiburan di luar rumah (46 persen), menunda mengganti teknologi baru (43 persen), mengurangi biaya liburan(40 persen), dan mengurangi membeli makanan siap antar (35 persen).

EDITOR: Rizky

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER