dr. Endang Sulistiyowati, terlahir pada bulan Agustus 1976 di Kabupaten Klaten, Jateng. Sejak kecil sudah bercita-cita menjadi dokter, lebih spesifiknya lagi menjadi dokter Puskesmas. Menurutnya waktu itu dokter Puskesmas adalah profesi yang paling nyaman buat dokter wanita. Karena dokter Puskesmas tidak ada shift jaga sore maupun malam sehingga berangkat pagi dan siang hari sudah sampai rumah.
Dan ternyata cita-cita tersebut tidak bergeser sedikitpun sampai sekarang. Saat ada jalan untuk meraih cita-cita terbuka ia segera menyambarnya. Pada Tahun 2004 dibuka lowongan CPNS untuk ditempatkan di Puskesmas, Endang mengikuti tes CPNS dan diterima. Kemudian ditempatkan di Puskesmas Takokak, Cianjur, Jabar dan langsung diamanahi untuk memimpinnya.
Tahun 2008, dr. Endang pindah dinas ke Jawa Tengah dengan alasan mengikuti suami. Sekarang ia dinas di salah satu Puskesmas di Wonogiri, Jateng. Belum pernah mutasi sampai sekarang. Dan belum berminat menduduki jabatan struktural/eselon, meski pernah beberapa kali menerima tawaran.
Benar seperti apa yang ia bayangkan waktu kecil, dengan menjadi dokter Puskesmas meski seorang ibu yang bekerja di luar rumah namun kehadirannya dimata anak-anak seolah-olah ia tidak bekerja, sebab bila mereka berangkat Endang masih di rumah dan jika mereka pulang ia sudah di rumah.
Sebelum jadi dokter Puskesmas, Endang sempat berfikir kalau dokter Puskesmas itu enteng, sebab hanya mengatasi penyakit yang ringan-ringan (batuk, pilek, pusing dan keju kemeng). Tapi setelah merasakan sendiri ternyata selain malakukan pelayanan pengobatan pasien, dokter Puskesmas juga punya tugas berat sebagai lini pertama mensukseskan program-program kesehatan Nasional.
Semua program kesehatan yang dicanangkam Kemenkes dengan sasaran masyarakat, maka puskesmaslah yang dijadikan ujung tombak program. Suksesnya program kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh kinerja puskesmas, yang tentu saja dokter puskesmas adalah salah satu elemen pokok di Puskesmas.
Program imunisasi, pemberantasan TBC, kusta, HIV-AIDS, penurunan angka kebutaan, gizi buruk, stunting, Indonesia bebas pasung dan banyak lagi, termasuk program BPJS yang walaupun secara struktural BPJS bukan dibawah kemenkes tapi langsung dibawah Presiden, namun kemenkes adalah mitra utama BPJS.
Sebelum menjadi PNS, Endang sempat berkelana bekerja di beberapa klinik dan RS di Jakarta, Tangerang, Depok dan Bekasi . Karena waktu itu masih gadis, meski harus jauh dari keluarga, ia memilih wilayah Jabodetabek untuk bekerja karena fee dokter disana jauh lebih tinggi daripada di Solo Raya sehingga bisa lebih cepat mengumpulkan modal untuk kemandirian praktek di masa depan.
Belum pernah terbersit keinginan untuk menempuh pendidikan dokter spesialis, karena menurut Endang, dokter spesialis di Indonesia itu berat bebannya terutama dalam masalah waktu, setiap saat harus siap mendapat konsultasi pasien dan siap segera melakukan tindakan darurat yang dibutuhkan kapanpun, bahkan saat momen penting keluarga sedang berlangsung.
PENDIDIKAN
Pendidikan dari TK sampai SD ditempuh di kampung halamannya Solo Raya. Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Boyolali, lanjut SMAN 1 Klaten dan kuliah di Fakulatas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Sekarang dr. Endang tinggal di Sukoharjo, Jateng bersama suami dan kedua putrinya.
Rumah yang ditempati dr. Endang dijadikan tempat praktek kedokteran. Alasan memilih rumah agar keluarga bisa menemuinya setiap waktu jika ada keperluan. Maka jangan heran bila melihat Endang pas praktek di rumah terkadang ada anak disampingnya, malah terkadang rebutan pulpen.
Dari muda saya terbiasa berorganisasi, sekarang dr. Endang aktif di beberapa organisasi dan yayasan. Endang juga tercatat sebagai anggota GMKM yang diprakarsai oleh Ferry Koto yang telah melahirkan SERUJI.
(SU01)