Menurut Fahira, besarnya ruang interaksi di pasar membuat potensinya menjadi titik penyebaran corona juga menjadi besar.
“Jika pasar menjadi titik penyebaran baru maka dampaknya akan luar biasa bukan hanya bagi upaya penanggulangan Covid-19 yang akan menjadi lebih berat lagi, tetapi dampak ekonomi dan sosialnya juga tidak kalah berat,” kata Fahira.
Besarnya ruang interaksi di pasar akan mempersulit upaya pelacakan karena contract tracing tidak hanya menyasar pedagang tetapi juga para pembeli dan pengunjung pasar. Kondisi penyebaran seperti ini membutuhkan energi yang luar bisa untuk menghentikannya.
Selain itu, penutupan pasar dalam masa waktu tertentu akibat ditemukan kasus positif juga akan berdampak besar terhadap pasokan bahan pokok dan roda ekonomi para pedagang. Oleh karena itu, semua sumberdaya harus dikerahkan untuk mencegah pasar menjadi titik penyebaran.
Di tengah kondisi yang serba sulit dan penuh keterbatasan seperti yang terjadi saat ini, lanjut Senator Jakarta ini, Pemerintah, pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan memang harus memutar otak untuk melindungi keselamatan dan roda ekonomi rakyat. Namun, yakinlah jika saat ini semua sumberdaya termasuk anggaran kita optimalkan untuk mencegah pasar menjadi titik penyebaran corona maka biaya ekonomi dan sosialnya akan lebih ringan dibanding jika nanti pasar menjadi klaster baru penularan.
“Saya apresiasi kepala-kepala daerah yang sudah mulai mengerahkan sumberdaya nya untuk mencegah pasar menjadi titik penyebaran corona. Mulai dari menggelar tes massal untuk pedagang pasar, intensif melakukan pelacakan kontak, penerapan protokol kesehatan yang ketat bagi pedagang dan pengunjung, inisiatif layanan belanja online, hingga penerapan sistem ganjil-genap bagi pedagang. Upaya-upaya ini saya harapkan dilakukan berkesinambungan sehingga pasar benar-benar menjadi area yang paling aman dari penyebaran corona,” pungkas Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI ini.
