Gus Yaqut juga menyampaikan, bahwa “Kirab Satu Negeri” diharapkan menjadi kampanye yang positif untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa kerukunan di Indonesia bisa terwujud dengan baik karena kokohnya konsensus persatuan dan kebangsaan,
“Kebhinekaan yang dimiliki Indonesia terbukti menguatkan tali kebangsaan sehingga bisa menginspirasi terwujudnya perdamaian global,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal GP Ansor Abdul Rochman mengungkapkan, selain diikuti 1 juta kader Ansor di seluruh Indonesia, “Kirab Satu Negeri” juga melibatkan masyarakat umum.
“Sejumlah tokoh nasional, tokoh lokal, dan berbagai komunitas lintas agama maupun budaya. Komunitas yang terlibat sejak pelepasan di lima titik terluar hingga penutupan mencapai 1.000, sedang ormas sekitar 100,” ungkapnya.
Selain kirab bendera, jelas pria yang biasa disapa Adung ini, selama perjalanan juga diisi sejumlah kegiatan seperti pengibaran bendera merah putih terpanjang di Papua, bersih-bersih pantai serentak di seluruh Indonesia, menjahit 1945 meter bendera Merah Putih di tanah kelahiran Ibu Fatmawati, deklarasi Guru Tua sebagai Pahlawan Nasional, napak tilas perjuangan para pahlawan dan ulama, berbagai kegiatan dialog kebangsaan, bakti sosial, perlombaan, pentas kesenian hingga memberi makan kucing jalanan.
Adung menjelaskan, sebelum puncak Kirab Satu Negeri di Yogyakarta, GP Ansor akan menggelar Global Unity Forum II yang akan menghadirkan berbagai tokoh agama dan perdamaian dari dalam dan luar negeri.
“Sebelum acara puncak di Yogyakarta, pada 25-26 Oktober kita menggelar Global Unity Forum II yang juga dilaksanakan di Yogyakarta. Dalam momen ini GP Ansor ingin menginspirasikan pada dunia tentang warisan kearifan peradaban (civilizational wisdom) Indonesia dalam wujud kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang majemuk namun tetap damai yang dibimbing oleh ruh agama,” tandasnya. (ARIf R)
Asal jgn berubah menjadi KURAB.
Jangan lagu laguan mending ke lombok bantu mereka yh lgi butuh bantuan