Jakarta, Seruji.com== Suatu ketika Rasulullah SAW menyampaikan sebuah informasi kepada para sahabatnya tentang kondisi umat Islam di masa yang akan datang :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Akan tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Lalu seseorang bertanya: ”Apakah karena saat itu jumlah kita sedikit, yaa Rasulullah?”. Lalu Rasulullah menjawab, ”Tidak. Bahkan jumlah kalian banyak, namun kalian seperti buih di tengah lautan. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya : ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda : ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745).
Hal tersebut di atas telah disampaikan oleh Rasulullah pada 14 abad yang lalu dan terbukti bahwa kondisi umat Islam sekarang adalah seperti yang telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW saat itu, yaitu bagai buih di tengah lautan, terombang ambing kesana kemari tergantung angin dan gelombang yang membawanya.
Kondisi seperti ini bukanlah tanpa sebab, kearena memang ada yang menginginkan umat Islam menjadi buih dan terkena penyakit Al Wahan. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang’ kepadamu hingga kamu mengikuti millah mereka” (QS. al-Baqarah: 120)
Dengan demikian, tidak ada henti-hentinya mereka memerangi umat Islam hingga umat Islam mengikuti ajaran atau kehendak mereka. Apa pun akan dilakukan kepada umat Islam, agar umat Islam berpaling dari ajarannya dan akhirnya mengikuti keinginan/mendukung mereka.
Namun mereka sadar bahwa memerangi umat Islam, tidak bisa dilakukan dengan cara memerangi secara fisik/militer (Ghazwul ‘Asykari) semata. Umat Islam sangat kuat jika diperangi secara fisik. Penyebabnya adalah umat Islam memiliki semangat dan konsep jihad fi sabilillah, selagi mereka masih memegang teguh Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga tidak pernah mengalami kekalahan militer. Akhirnya Yahudi dan Nasrani menyadari bahwa setelah mengalami kekalahan terus menerus dalam Perang Salib selama 8 periode (1095 – 1291 M), mereka membuat strategi baru dalam memerangi/merusak umat Islam, yaitu dengan memerangi secara pemikiran (Ghazwul Fikri).
Yang menjadi target atau sasaran dari Ghazwul Fikri adalah pola pikir, akhlak (perilaku), dan aqidah dari umat Islam. Apabila seseorang sering menerima paham sekuler, maka ia pun akan berpikir ala sekuler. Bila seseorang dicekoki dengan pola pikir komunis, materialis, liberalis, kapitalis atau yang lainya, maka merekapun akan cenderung berpikir dengan salah satu paham tersebut. Ghazwul Fikri dilancarkan/dilahirkan dalam bentuk media-media baik cetak maupun elektronik. Dari sana pula timbul persaingan untuk saling memperkenalkan sesuatunya dan semakin banyak iklan maka semua orang akan melihat dan menjadikannya sebagai gaya hidup atau properti dalam menentukan jalan hidupnya.
Beberapa cara atau taktik yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam melalui Ghazwul Fikri, diantaranya adalah :
- Tasykik, yaitu menimbulkan keragu-raguan dan pendangkalan dalam jiwa umat Islam terhadap agamanya. Yang menjadi sasaran utama dalam metode ini adalah validitas sumber-sumber hukum islam, yaitu Al-quran dan Hadis. Berbagai teori bohong diungkapkan oleh para orientalis untuk menimbulkan keragu-raguan akan kebenaran wahyu Allah. Mereka menuduh bahwa isi Al-quran sudah tidak rasional agar umat Islam tidak lagi mengkajinya.
- Tasywih, yaitu pengaburan. Adalah upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap islam dengan cara menggambarkan islam secara buruk. Seringkali mereka menyematkan gelar seperti teroris, fundamentalis, ekstrimis, islam garis keras, dan lain-lain. Tentunya julukan tersebut tidak hanya sebagaihinaan semata bagi kaum muslimin, melainkan juga salah satu bentuk Tasywih agar umat Islam mulai tidak bangga terhadap agamanya sendiri.
- Tadzwiib, yaitu pelarutan, pencampuradukan antara pemikiran dan budaya islam dengan pemikiran dan budaya jahiliyah. Tujuanya jelas yaitu agar tidak lagi ada jarak pemikiran dan budaya islam dengan pemikiran dan budaya kufur, sehingga umat Islam tidak tahu lagi mana pemikiran dan budaya islam dan mana yang bukan.
- Taghrib, atau pembaratan (westernisasi), yaitu mendorong umat Islam untuk menyenangi dan menerima pemikiran, kebudayaan dan gaya hidup orang-orang barat. Taghrib berusaha keras untuk mengeringkan nilai-nilai islam dari jiwa umat Islam dan mengisinya dengan nilai-nilai barat yang menyimpang.
Sebagai sarana untuk menjalankan Ghazwul Fikri selain pendidikan, hiburan & olah raga, yayasan & LSM, maka Pers dan Media Informasi, dalam dunia modern menempati posisi yang sangat penting, antara lain adalah dapat membentuk opini umat Islam. Bahkan sering dikatakan bahwa barang siapa yang menguasai pers dan media, berarti dapat juga menguasai dunia. Kenyataan yang membuktikan, di dunia ini tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya memojokkan islam, menyakiti hati kaum mukmin, menghina Nabi serta melecehkan Al-quran, tetapi lebih dari sekedar itu. Musuh-musuh islam telah menggunakan media sebagai corong yang efektif untuk merontokkan keislaman kita. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin umat islam bukanya memihak islam, tapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah SWT.
Na’udzu biillah min dzaalik!.
Disinilah peran media Islam sangat dibutuhkan dan diharapkan mampu menjadi alternatif berita yang beredar yang lebih banyak menyudutkan Islam dan selalu bersikap curiga terhadap para aktivisnya. Dan mau tidak mau kita harus mengakui bahwa umat Islam harus menguasai media. Media yang paling memiliki peran yang sangat vital dan utama dalam menjadikan sesorang atau apapun menjadi seperti keinginan orang-orang yang berkepentingan terhadap berita itu.
Maka dengan potensi umat Islam yang sangat besar ini, alangkah baiknya bila umat Islam diajak bersatu dan memperjuangkan berdirinya sebuah media, agar aspirasi dan pandangan umat Islam akan nasibnya sendiri bisa didengarkan oleh orang-orang yang mempunyai pandangan miring terhadap Islam, terutama masyarakat awam yang bertahun-tahun dicekoki oleh media yang notabene dikelola oleh musuh-musuh Islam, agar masyarakat awam mendapat informasi yang jelas tentang agamanya sendiri. Peran umat dalam mendukung proyek ini harus diberdayakan dari kalangan pengusaha, ulama dan aktivis Islam agar semua kalangan kaum muslimin dapat menikmatinya. Dan bila proyek ini berhasil hendaknya pengelolaan media menjadi tanggung jawab semua unsur yang ada dikalangan kaum muslimin, karena bila hanya dikelola oleh salah satu unsur dari kaum muslimin, unsur yang lain merasa tidak memiliki dan mengangap tidak mewakili aspirasi mereka.
Perlu kebijakan yang adil dalam hal ini dan kita yakin umat Islam sudah semakin dewasa dalam melihat keaadan yang mendesak ini untuk tidak mementingkan kepentingan kelompok dan golongan, karena kepentingan Islam diatas segalanya. Semoga proyek ini bisa segera terealisir dan menjadi kenyataan, sebuah media yang memperjuangkan suara kaum muslimin yang ditindas dan dibodohi oleh musuh-musuh Islam, menyuarakan Islam yang benar diatas manhaj Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW dan menjadi alat koreksi terhadap kemaksiatan dan kedzoliman yang merajalela. Kata pepatah “siapa yang menguasai media maka dia akan menguasai dunia”.
Wallahu’alam bishowab (JS)
Reporter : Denni
Editor : Denni