MENU

Partai Islam Minus Ideologi: Berkaca pada Mohammad Natsir

Oleh: Taufik Hidayat, Wakil Sekretaris Umum PP Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia

Bagi sebagian besar ummat Islam di Indonesia. tindakan partai partai Islam mendukung rejim saat ini adalah sebuah penghianatan terhadap perjuangan ummat Islam dalam menumbangkan rezim pendukung “penista agama”. Aksi 212 tidak dapat dipandang sebelah mata dan itu adalah refleksi dari perlawanan sebagian besar ummat terhadap rezim yang ada saat ini. Mungkin Partai-Partai Islam yang mendukung rezim saat ini lupa tentang pelajaran sejarah yaitu tidak ada tempat untuk para penghianat.

Keempat, M. Natsir sangat menekankan pentingnya berpolitik untuk menjadi sarana dakwah, sehingga perilaku politik harus sesuai dengan karakter dakwah, bukan karbitan, inkonsistensi dan tak punya arah. Nastir juga sangat anti terhadap cara-cara politik meniru-meniru atau ”ikut arus” saja yang kemudian pada akhirnya mencampuradukkan antara yang benar dengan yang busuk/salah.

Politik dengan bingkai dakwah tidaklah harus selalu menang, karena politik dalam bingkai dakwah hanyalah sebuah ”proses” sedangkan kemenangan hanyalah masalah waktu (bisa di dunia ataupun di akhirat). Mungkin bagi Natsir, pepatah yang mengatakan ”We may lose the battle but we win the war” (Kita boleh kalah bertempur, tapi kita memenangkan peperangan) lebih tepat menggambarkan politik dengan bingkai dakwah tersebut.

Karena politik hanyalah alat perjuangan dakwah, maka adakalanya kalah demi ideologi yang diyakini bisa membuahkan kemenangan pada akhirnya daripada harus mengorbankan ideologi itu sendiri.

Tetapi, kondisi sekarang justru memprihatinkan, ada partai Islam yang lebih mementingkan mendapat kursi kekuasaan daripada memperjuangkan aspirasi ummat untuk menumbangkan rezim pendukung “penista agama”. Mungkin bagi partai ini tujuan kekuasaan lebih utama daripada tujuan dakwah sehingga segala cara boleh ditempuh yang penting berkuasa dulu. Cara pandang seperti ini adalah cara pandang politik sekuler yang hampa nilai.

Dari keempat poin-poin besar pemikiran dan sikap politik M. Nastir maka sebenarnya kita dapat menilai sejauhmana kondisi partai-partai Islam yang ada sekarang ini, mungkin masih ada harapan kepada beberapa partai Islam yang ada, tetapi bagi Partai-partai Islam yang telah telanjur keluar dari nilai nilai yang disebutkan diatas, tentunya kita berharap mereka segera mau menyadari kekeliruannya seraya para elitnya menyatakan mundur karena telah menghianati perjuangan ummat Islam di Indonesia dalam menumbangkan rezim pendukung “penista agama”.

Semoga Allah segera mendatangkan pertolongannya kepada orang orang yang berjuang demi tegaknya kebenaran di muka bumi Indonesia ini. Amin ya Rabbal Alamin. Wallahua’alam Bishawwab

(SU01)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

4 KOMENTAR

  1. Berita lama om seruji. Tp bgus sh krn msh banyak yg blum tau. Jika islam maju dlm bernegara nggk tanggung2 yg gk suka berupaya skuatnya untuk memusnahkanya. itulah fisi misi negara pembenci muslim supaya islam trpaku dngan ritual2 sja.. supaya gampang d jajah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER