YOGYAKARTA, SERUJI.CO.ID – Saat ini marak berita palsu (hoax) yang ditujukan kepada Pemerintahan Arab Saudi. Hoax tersebut dianggap sebagai propaganda dari kelompok tertentu untuk kepentingan politik.
Media pemerintah Arab Saudi, Al Arabiya pada November 2017 mencatat sedikitnya ada sembilan berita palsu soal Kerajaan Saudi. Mulai dari soal pelarian Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri, ribuan nomor rekening Saudi dibekukan, bursa saham Saudi anjlok, hingga perebutan kekuasaan.
Yang terbaru, Pemerintah Arab Saudi dikabarkan akan membangun Gereja pertama di sana. Namun pihak Vatikan membantahnya. Pada Maret Lalu, pangeran Saudi Bandar bin Khalid bin Abdul Aziz Saoud dikabarkan bunuh diri di bandara London, Inggris, ketika hendak dideportasi.
Kenyataannya, Pangeran Bandar memang meninggal dunia tetapi bukan karena bunuh diri namun karena alamiah dan meninggalnya tidak di London tapi di Makkah.
Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya menerangkan, saat ini berita hoax sudah menjadi komoditas bisnis di dunia informasi yang bisa datangkan keuntungan.
“Namun berita hoax juga niscaya menjadi bagian propaganda dari entitas tertentu demi kepentingan politik,” ujar Harits dalam pesan tertulisnya kepada SERUJI, Senin (7/5).
Harits menjelaskan, entitas ini bisa berujud negara dengan instrumen intelijennya atau kelompok di luar negara, tapi kedua entitas tersebut identik dalam aspek kepentingan.
Mengambil case hoax yang terkait kehidupan sosial politik di Saudi, ujar Harits, bisa dilihat adanya pertarungan propaganda untuk membuat gaduh atau distabilitas politik dunia Islam pada umumnya serta di wilayah Saudi dan sekitarnya.
“Saudi menjadi negara yang ditarget perang di dunia maya tersebut karena beberapa faktor logis yakni atas keterlibatannya perang di Yaman yang notabene berhadapan dengan kelompok Syiah,” kata Harits.
Dia melanjutkan, begitupun keterlibatan Saudi pada konflik Suriah, yang jelas-jelas bersebrangan dengan Iran yang pro rezim Suriah atau Basyar Asad.
Selain itu, lanjut Harits, Saudi menjadi mitra serta basis bagi negara-negara Barat untuk mengaransemen kepentingan strategis global mereka dikawasan Timur Tengah.
Menurutnya, perang opini dan propaganda di dunia maya bisa dilakukan unit-unit dan jejaring intelijen dari negara yang kontra Saudi atau yang punya kepentingan strategis di Saudi. Dan itu bisa datang dari wilayah mana saja untuk sebarkan informasi hoax.
“Tapi kuncinya adalah hoax menarget Saudi untuk melahirkan distablitas di internal masyarakat Saudi dan juga berpotensi memantik kegaduhan global dari dunia Islam,” kata Harits.
Dengan begitu, kata Harits, entitas yang kontra Saudi bisa meraup keuntungan politis dan strategis yang sudah diplot. Menurutnya, karena perang propaganda hanya menjadi satu variabel dari sebuah pertarungan kepentingan. (ArifKF/Hrn)