KAIRO, SERUJI.CO.ID – Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali pada Ahad (10/6) berikrar Ethiopia takkan merugikan jatah air Sungai Nil untuk Mesir melalui pembangunan Bendungan Besar Renaissance Ethiopia (GERD).
Pernyataannya dikeluarkan dalam taklimat bersama di Ibu Kota Mesir, Kairo, dengan Presiden Mesir Abdel-Fattah As-Sisi setelah pembicaraan mereka mengenai bendungan raksasa yang saat ini dibangun di Sungai Nil.
“Saya bersumpah bahwa Ethiopia takkan merugikan jatah air Mesir,” kata Perdana Menteri Ethiopia tersebut selama kunjungan pertamanya ke Kairo sejak ia memangku jabatan pada April.
Ethiopia, negara yang berada di hulu Lembah Nil dan Sudan di hilir mengharapkan manfaat dari GERD, yang sedang dibangun, sementara Mesir yang juga berada di hilir Sungai Nil mungkin menghadapi pengaruh pada jatah 55,5 miliar meter-kubik air Sungai Nil per tahun.
Sementara itu, As-Sisi menggambarkan hubungan Mesir dengan Ethiopia sebagai strategis, dan berjanji akan memelihara kerja sama dengan Ethiopia demi kepentingan terbaik kedua negara.
“Saya ingin menyatakan kembali bahwa hubungan antara Mesir dan Ethiopia adalah hubungan kemitraan strategis, dan kebijakan strategis Mesir ialah meningkatkan kepentingan bersama dengan Ethiopia di segala bidang,” kata Presiden Mesir itu dalam taklimat tersebut.
Kunjungan Ali dilakukan tiga pekan setelah satu terobosan dalam pembicaraan terlihat selama pertemuan tingkat menteri sembilan-anggota, yang diselenggarakan di Addis Ababa, Ethiopia, pada pertengahan Mei, yang terdiri atas menteri urusan luar negeri, pejabat yang bertanggung-jawab atas sumber daya air dan kepala dinas intelijen Mesir, Ethiopia serta Sudan.
“Kunjungan ini penting sebab ini adalah kunjungan pertama perdana menteri baru Ethiopia ke Kairo dan akan mengungkapkan visinya mengenai masalah bendungan,” kata Hani Raslan, Kepala Departemen Studi Sudan dan Lembah Nil di Pusat Kajian Politik dan Strategis Al-Ahram yang berpusat di Kairo.
Selama pertemuan di Addis Ababa, ketiga negara tersebut sepakat untuk membentuk satu kelompok kajian ilmiah bagi konsultasi tentang pembangunan dan pengisian bendungan serta menyelenggarakan pertemuan puncak di kalangan pemimpin ketiga negara setiap enam bulan.
Satu pertemuan serupa tingkat menteri pada April di Ibu Kota Sudan, Khartoum, gagal mencapai kesepakatan mengenai masalah teknis terkait dengan GERD; Ethiopia dan Sudan menganggap Mesir bertanggung-jawab atas kegagalan pembicaraan itu dan Mesir menolak tuduhan tersebut serta mengundang Ethiopia serta Sudan ke pembicaraan lebih lanjut di Kairo. (Ant/Su02)