Emas dan Air
Menurut Misman, secara kasat mata memang lebih mahal emas ketimbang air, tetapi secara nyata sesungguhnya jauh lebih mahal air ketimbang emas. Alasannya adalah manusia bisa hidup tanpa emas, tapi manusia tak bisa hidup tanpa air.
Itulah sebabnya sejarah pertumbuhan permukiman selalu diawali dari sungai karena air sebagai sumber kehidupan sehingga dalam perkembangannya, setiap warga seharusnya tidak menistakan sungai.
Sungai bukan tempat sampah, maka limbah atau sampah dari rumah tangga wajib tidak dibuang ke sungai.
Kelestarian sungai harus tetap dijaga karena ia menjadi warisan untuk generasi mendatang, mengingat harta yang diwariskan harus merupakan sesuatu yang baik, maka SKM yang sesungguhnya menjadi aset berharga ini harus dirawat agar bukan sampah yang diwariskan ke anak cucu.
Sejak dulu orang mengambil manfaat dari sungai baik airnya untuk konsumsi rumah tangga maupun alirannya untuk angkutan manusia dan barang. Namun anehnya orang juga juga abai, padahal logikanya setiap mengambil manfaat dari sesuatu, maka sesuatu itu harus dirawat.
Misman merasa ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian sungai, bahkan ia merasa berdosa karena lebih dari setengah abad hidup di Samarinda, namun masih belum mampu menyadarkan warga tentang pentingnya sebuah sungai.
Misman juga mengatakan bahwa SKM ke depan bisa berharga melebihi emas, karena emas yang terus ditambang suatu saat akan habis, sementara emas yang meski setiap hari diambil airnya dan dimanfaatkan secara baik ruang sungainya, tidak pernah akan habis.
Bahkan nilai jualnya akan menjadi meningkat ketika dilakukan restorasi sehingga kemudian bisa menjadi tempat wisata unggulan.
Sungai Karang Mumus dulunya juga merupakan tempat berkembang biaknya aneka satwa seperti monyet, bekantan, biawak, dan berbagai jenis burung ketika di kawasan itu masih ditumbuhi pepohonan lokal khas sungai.
Aneka satwa tersebut bisa kembali ke sungai itu asalkan ada komitmen pemerintah untuk merestorasi sungai, sehingga fungsi sungai bisa kembali alami.
Diakui bahwa langkah itu memang tidak mudah, perlu waktu ratusan tahun jika komitmennya hanya setengah-setengah. Namun cuma perlu waktu beberapa tahun jika bersungguh-sungguh.
Untuk menarik minat aneka satwa kembali ke ruang sungai Karang Mumus, maka perlu melakukan restorasi ekosistemnya, karena selama ini campur tangan manusia dan pemanfaatan berlebihan telah membuat hilangnya flora dan fauna yang dulu banyak di sungai tersebut.
Dalam restorasi ekosistem ini perlu dilakukan penanaman kembali flora lokal. Jika berbagai jenis flora lokal tersebut berkembang dan berbuah, maka alam itu sendiri mampu memanggil aneka fauna yang pernah pergi untuk kembali.
Dalam restorasi ekosistem sungai Karang Mumus jelas tidak mampu jika hanya dilakukan oleh Misman dan kelompoknya saja, tetapi perlu campur tangan banyak pihak serta komitmen dari pemerintah setempat. (Ant/SU02)
Handak rasanya ulun bedapat….