KENDARI – Pakaian tenun khas daerah dari beberapa Kabupaten di Sulawesi Tenggara diakui para pedagang setempat laris terjual selama bulan puasa hingga pasca lebaran dan ditambah adanya kegiatan reuni akbar dari salah satu sekolah SMP negeri di kota ini.
Keterangan pedagang yang khusus menjual pakaian jadi dan kain tenun khas daerah di Kendari, Sabtu membenarkan bila selama sepekan terakhir ini kewalahan memenuhi permintaan konsumen terhadap pakaian khas daerah maupun yang masih dalam bentuk kain tenun.
“Akhir-akhir ini cukup banyak masyarakat di Kota Kendari dan bahkan dari luar kota yang membeli pakaian (baju), untuk digunakan baik sebelum lebaran maupun sesudah lebaran,” kata Ny Juita, salah satu pemilik toko yang menjual pakaian jadi dengan bahan tenunan khas daerah.
Ia mengatakan, harga jual pakaian (baju) laki-laki tenunan daerah dijual bervariatif mulai dari harga terendah Rp250.000 per potong hingga ada yang mencapai Rp1,5 juta per potongnya.
Sementara yang masih berbahan kain juga bervariasi antara Rp100.000 per lembar hingga mencapai Rp1 juta per lembar dengan berbagai corak dan warna yang menarik untuk digunakan sebagai pakaian pesta, seragam kantoran hingga pakaian komunitas untuk organisasi kemasyarakatan.
Sementara itu, salah seorang konsumen, Ny Asnia (49), mengaku membeli dalam jumlah tertentu pakaian khas daerah seperti, tenunan Tolaki, Muna, Buton, Kolaka, Bombana dan Wakatobi untuk dipakai dalam rangka seragam reuni akbar khususnya di sekolah SMP Negeri I Kendari.
“Pakaian seragam khas daerah ini bertujuan, agar masyarakat Sultra lebih mencintai produk daerah sendiri ketimbang dengan membeli pakaian impor dari luar daerah yang kualitasnya mungkin lebih rendah dibanding dengan khas daerah,” ujarnya.
Bahkan, kata Asnia, pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) sudah beberapa kali melakukan promosi tenun lokal daerah hingga ke mancanegara.
Menurutnya, kain tenun Sultra memiliki ciri khas tersendiri dan daya tarik sehingga menjadi salah satu tujuan belanja oleh-oleh bagi tamu luar Sulawesi Tenggara ketika berkunjung ke daerah itu.
“Potensi kerajinan kain dari berbagai kabupaten di Sulawesi Tenggara ini harus dibarengi dengan promosi sehingga bisa dikenal lebih luas sehingga pasarannya tidak hanya skala lokal, tetapi nasional hingga mancanegara,” katanya. (Hrn)