Anak pertamanya, Rizky A Widisena saat ini juga sudah ikut belajar membuat gamelan.
“Anak saya yang pertama sekarang juga sudah ikut bantuin di sini, mungkin nanti akan dididik buat melanjutkan usaha ini, usaha bapak dan kakeknya, kalau anak yang kedua sudah jadi polwan, dan yang ketiga sekarang SMA kelas XII,” lanjut dia.
Usaha turunan yang berdiri sejak tahun 1954 ini, telah menembus pasar ekspor seperti ke Malaysia, Singapura, Australia dan Suriname. Sementara untuk harga jual per setnya, Legiyono mematok harga untuk satu gamelan kuningan utuh dijual berkisar Rp 200 jutaan, dan yang dari plat besi mulai Rp 60 jutaan.
Adapun untuk waktu proses pembuatannya, satu gamelan lengkap bisa memakan waktu sekitar 1-3 bulan. Proses pembuatan tergantung bahan baku. Hal yang paling sulit adalah saat membuat gamelan yang berbahan kuningan, sementara yang berbahan platinum atau besi pembuatannya sekitar 1 bulan.
“Kalau untuk proses pembuatan semuanya bisa belajar membuat, namun hal dasar yang sulit dipelajari adalah ketepatan nada dari instrument music tersebut,” jelas Legiyono.
Dalam bekerja, Legiyono lebih mengutamakan kualitas, hal itu, katanya, agar pembeli merasakan puas dengan barang yang sudah dipesan dan tidak merasa kecewa.
“Banyak pesanan atau sedikit saya tetap mengutamakan kualitas, karena gamelan bukan sekedar instrument musik biasa dan gamelan bagian dari budaya yang harus dijaga dan diwariskan,” pungkas dia. (Hanif/Hrn