SURABAYA- Setelah kader Partai Demokrat, Dr. Soekarwo (Pakde Karwo) memimpin Jawa Timur dua periode, diperkirakan yang akan melaju kencang di Pilkada Jatim 2018, bukan lagi kader biru (Demokrat), tetapi kader Ijo (hijau) dan abang (merah). Kalaupun kader biru (demokrat) maju, hanya menjadi penyeimbang atau memberi kekuatan kepada “perang bintang” ini.
Analisis itu disampaikan Slamet Hariyanto, MH, analis politik dan praktisi hukum saat dialog dengan SERUJI, Senin (20/2) pagi. Ia menyebut tiga nama, Wakil Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Menteri Sosial Khofifah Indarparawansa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
“Gus Ipul dan Khofifah adalah representasi hijau, sedang Risma, adalah wakil merah. Orang boleh menyebut Islam dan Nasionalis sudah melebur. Tetapi di Jawa Timur, membacanya harus berbeda. Akar rumput NU yang kuat, dan jajaran nasional PDI Perjuangan, sama-sama punya posisi kuat,“tegas pengurus Muhammadiyah ini.
Slamet menyebut, setahun ini memang banyak nama bermunculan, sepeti Halim Iskandar (Ketua DPRD Jatim dan Ketua DPW PKB), Hasan Aminuddin (Anggota DPR RI Nasdem), Anas (Bupati Banyuwangi), Eddy Rumpoko (Walikota Batu) dan beberapa nama lain, namun itu masih belum mampu menggeser tiga nama besar yang sudah punya jam terbang tinggi.
“Mungkin nama-nama itu akan menjadi Wagub. Tetapi untuk ikut masuk menjadi ‘peserta’ perang bintang belumlah mampu,” tambahnya. “Tiim Gus Ipul sudah jalan, Khofifah dengan Muslimatnya juga sudah jalan, Risma tim PDI-P satu komando dengan DPP.”
Ditanya kemungkinan Agus sang putra SBY, Slamet menyebut masih jauh dari cukup untuk bisa masuk Jatim. Kalau ada nama baru diantara 3 calon yang sudah ada, saya kira bukan Agus. Apalagi AHY setelah gagal di DKI, terlalu berlebihan kalau dipaksakan di Jawa Timur.”
EDITOR : Yus Arza