MENU

Menkop Dorong Lamongan Jadi Pusat Industri Olahan Jagung

LAMONGAN – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mendorong kabupaten Lamongan, Jawa timur, mengembangkan industri olahan dari tanaman jagung.

Hal itu disampaikan Puspayoga usai melakukan panen raya jagung, ekspor jagung ke Malaysia dan Timor Leste dan pengiriman jagung ke pabrik olahan jagung, di Taman Teknologi Pertanian (TPP) desa Banyubang Kec Solokuro Kab Lamongan pada Sabtu (29/4).

“Kalau jagung dijual apa adanya rupiahnya bisa dihitung, namun kalau sudah dalam bentuk industri olahan, nilai tambahnya jauh lebih banyak,” kata Puspayoga.

Menkop mengatakan, jika industri olahan berbahan jagung bisa dikembangkan, selain memberikana nilai tambah juga bisa membuka lapangan kerja termasuk pada TKI yang baru pulang.

“Soal pembiayaan pemerintah sudah menyediakan berbagai kredit mulai kredit ultra mikro, KUR sampai KURBE bagi UKM yang sudah ekspor,” kata Puspayoga.

Menurut Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), Sholahuddin, tahun 2017 ini dari Lamongan bisa ekspor jagung ke Malaysia sekitar 500 ribu ton. Dan ini bisa ditingkatkan karena potensi lahan cukup luas dan petani Lamongan sudah pengalaman menanam jagung. Bahkan dengan modernisasi penanaman jagung, produktivitas jagung di Lamongan bisa ditingkatkan lagi lebih dari 10 ton/ha.

“Harga jagung pipilan kering dapat terjaga di angka Rp 3150/kg sesuai Permendag 63/2016. Setiap tahun bisa tanam jagung dua kali,” ungkapnya.

Sementara itu Bupati Lamongan H Fadeli dalam penjelasannya menyampaikan produktivitas petani jagung di Lamongan. Di kawasan pertanian jagung modern Desa Banyubang Kecamatan Solokuro meningkat, dari hanya rata-rata 5,8 ton per hektare melonjak menjadi 10,6 ton per hektare, bahkan ada yang sampai 11, 4 ton per hektare.

Peningkatan itu terlihat dalam panen raya yang dilakukan di kawasan seluas 100 hektare, dengan jenis rata-rata produktivitas jagung hibrida.

Fadeli juga menjelaskan ada 20 varietas jagung hibrida yang diujicoba, dengan 5 varietas di antaranya adalah jenis unggulan, dan mampu menghasilkan produktivitas paling rendah 8 ton dan tertinggi mencapai 11,4 ton per hektare.

“Produktivitas rata-ratanya mencapai 10,6 ton per hektare. Dan panen raya di kawasan ini sebagai upaya memberikan contoh nyata bagi petani lainnya, dan sebuah persembahan dari Lamongan untuk Indonesia. Bahwa jika budidaya jagung dilakukan secara modern, hasilnya ternyata luar biasa,” katanya.

Ia mengatakan, Pemkab Lamongan akan terus membuka diri, bagi petani di Indonesia untuk belajar di kawasan tersebut, menjadikannya sebuah kawasan percontohan nasional.

Tahun ini, lanjut dia, kawasan percontohan serupa akan diperluas menjadi 10 ribu hektare di 12 kecamatan Lamongan, dan ditargetkan bisa mencapai produktivitas 10 ton per hektar.

Terkait penjualan hasil panen, Fadeli meyakinkan petani tidak akan kesulitan menjual jagungnya ketika produksinya melimpah, sebab saat ini sudah dibangun pabrik pengolah pakan ternak di pantura Lamongan, dan banyak pihak yang sudah memberikan garansi bisa menampung berapa pun jagung Lamongan.

Wakil ketua Komisi IV DPR Viva Yoga mengapresiasi langkah yang dilakukan pemkab Lamongan untuk menjadi sentra produksi jagung nasional.

“Tahun 2017 ini Indonesia tidak akan impor jagung lagi. Saya harap pola semacam di Lamongan ini bisa ditingkatkan ekskalasinya di sejumlah daerah lain,” ujarnya.

Menurut Viva, tahun 2016 Indonesia masih impor jagung sebanyak 900 ribu ton, menurun dibanding 2015 yang tercatat.2,5 juta ton.

Sementara itu Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Gatot Irianto juga sepakat, pola percontohan budi daya jagung di Lamongan ini cukup positif dan bisa menjadi percontohan di berbagai wilayah Indonesia.

“Kami melihat komitmen yang cukup baik dari Pemkab Lamongan dimana fokus pada pengembangan budi daya jagung dilakukan secara menyeluruh. Dukungan yang terus diberikan untuk mendorong petani di wilayah ini menggunakan teknologi pertanian terkini juga bisa menjadi contoh positif pengembangan jagung sebagai salah satu cara mencapai swasembada nasional,” katanya.

Ia mengatakan, tahun ini Kementan direncanakan tidak akan mengeluarkan rekomendasi impor jagung karena kebutuhan tahun ini diperkirakan bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Selain Menteri Koperasi dan UMKM, turut hadir dalam acara panen raya ini Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi , Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia Sumarjo Gatot Irianto, Dirjen Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, Johozua M Yoltuwu, dan Bupati Kab Lamongan H Fadeli.

 

EDITOR: Efka

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER