MENU

Ketegangan di Korea Berkurang, Pasar Saham Asia Menguat

SYDNEY, SERUJI.CO.ID – Saham-saham Asia sedikit menguat pada awal perdagangan Senin (30/4), karena ketegangan di Semenanjung Korea berkurang dan laba kuartal pertama bersinar, meskipun beberapa investor mempertimbangkan apakah prospek cerah ini akan meredup dalam waktu dekat.

Indeks MSCI, indikator terluas dari saham Asia Pasifik di luar Jepang, naik 0,1 persen menyusul lompatan lebih dari satu persen pada akhir pekan lalu (27/4). Indeks bersiap untuk mengakhiri bulan ini agak datar setelah dua kerugian berturut-turut.

Indeks KOSPI Korea Selatan naik 0,5 persen dan ditetapkan untuk mengakhiri April dengan kenaikan lebih dua persen didukung rekor keuntungan dari Samsung dan setelah pertemuan puncak antar-Korea sangat sukses. Indeks acuan Australia menambahkan 0,2 persen, sementara saham Selandia Baru melemah.

Likuiditas perdagangan hari ini sepi, karena pasar-pasar di Tiongkok, Jepang dan India mengambil liburan dan sebagian besar pasar Asia ditutup pada Selasa (1/5) untuk peringatan Hari Buruh.

Secara keseluruhan, saham-saham terus didukung oleh laba perusahaan kuartal pertama yang kuat. Lebih dari separuh perusahaan-perusahaan komponen S&P 500 di Wall Street telah melaporkan laba mereka dan 79,4 persen telah mengalahkan perkiraan konsensus.

Para analis sekarang memperkirakan pertumbuhan laba 24,6 persen, lebih dari perkiraan ganda di awal tahun dan sebagian besar berkat pemotongan pajak yang besar.

Tetapi para investor telah semakin gelisah dengan Federal Reserve AS yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih cepat tahun ini, dan Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan akan mengakhiri program pembelian obligasi dengan segera.

“Pertanyaan kunci untuk 2018 tetap sampai sejauh mana lingkungan yang ramah tetap ada?” kKata Jacob Mitchell, Chief Investment Officer dari butik investasi Australia Antipodes yang memiliki tujuh miliar dolar Australia dalam aset kelolaannya.

Saham-saham global memiliki mimpi seperti 2017 yang dibantu oleh sinkronisasi pertama pertumbuhan dunia dalam beberapa dekade ditambah dengan kebijakan moneter yang longgar di sebagian besar negara maju.

“Kami percaya kombinasi goldilock yang sangat menguntungkan dari percepatan pertumbuhan dan inflasi hangat yang dialami pada 2017 tidak akan terulang,” Mitchell menambahkan.

“Sebaliknya, normalisasi kebijakan suku bunga kemungkinan akan mengganggu ritme dengan pasar-pasar yang lebih volatil dan kurang toleran.” Memang, indeks MSCI Asia diluar Jepang hampir datar sejauh tahun ini dibandingkan dengan lompatan lebih dari 13 persen pada periode yang sama tahun lalu.

E-Mini berjangka untuk S&P 500 naik 0,1 persen, setelah Wall Street hampir tidak berubah pada Jumat (27/4) setelah pekan yang bergejolak.

Para investor akan mengubah fokus mereka ke aliran data dari Amerika Serikat minggu ini, termasuk belanja konsumen hari ini, keputusan kebijakan Fed pada Rabu (2/5), dan laporan pekerjaan pada Jumat (4/2).

Secara terpisah, delegasi pejabat-pejabat AS, termasuk Menteri Keuangan Steven Mnuchin serta penasihat ekonomi dan perdagangan utama Presiden Donald Trump – Larry Kudlow, Robert Lighthizer, dan Peter Navarro, semua diharapkan berada di Tiongkok pekan ini untuk negosiasi perdagangan.

Hubungan AS-Tiongkok telah berubah masam awal tahun ini, ketika Trump mengumumkan tarif pada beberapa barang impor dari Tiongkok, yang menarik respon balasan dari Beijing.

Ketegangan politik di Semenanjung Korea juga menunjukkan tanda-tanda berkurang, menyusul pertemuan bersejarah antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Moon Jae-in dari Korea Selatan pekan lalu di mana mereka menjanjikan “penyelesaian denuklirisasi”.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada Minggu (29/4) bahwa dia mengatakan kepada Kim bahwa pemimpin Korea Utara harus setuju untuk mengambil langkah-langkah “yang tak dapat diubah” menuju penghapusan senjata nuklir jika dia mencapai kesepakatan dengan Trump.

Mata uang Sterling mendapat pukulan lagi di awal perdagangan Asia ketika menteri dalam negeri Inggris mengundurkan diri – menambah masalah besar pemerintahan Perdana Menteri Theresa May.

Pound terakhir dibeli 1,3772 dolar, setelah jatuh 0,9 persen pada Jumat (27/4) ketika data pertumbuhan ekonomi mengecewakan menantang ekspektasi bank sentral Inggris, Bank of England (BoE) akan menaikkan suku pada pada Mei. Beberapa minggu yang lalu pound mencapai setinggi 1,4377 dolar.

Dolar AS sedikit menguat setelah mundur pada Jumat (27/4), dengan indeks dolar terhadap enam mata uang utama lainnya naik di 91,587.

Euro juga berkurang menjadi 1,2120 dolar, sementara dolar naik tipis terhadap yen menjadi 109,15 yen, meskipun telah memiliki waktu sulit mencoba menembus resistensi di 109,50 yen.

Harga minyak turun dari tertinggi baru-baru ini, dengan minyak mentah berjangka Brent melemah 30 sen menjadi 74,35 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS (WTI) kehilangan 10 sen menjadi 68,00 dolar AS per barel.

Harga spot emas menguat 0,2 persen pada 1.324,3 dolar AS per ounce.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER