SURABAYA, SERUJI.CO.ID – Calon anggota legislatif (caleg) DPRD Jawa Timur dari Partai Gerindra, Asrilia Kurniati Bambang Harjo menganggap kebijakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menutup lokalisasi Dolly adalah kebijakan yang salah.
Pasalnya, kata Asrilia, akibat penutupan Dolly penyebaran HIV/AIDS di Kota Surabaya menjadi tidak terkontrol dan makin merajalela.
“Menurut saya, Bu Wali Kota sudah salah dengan menutup Dolly. Banyak sekali warga yang terdampak akibat penutupan itu,” kata Asrilia kepada media di Surabaya, Rabu (26/9).
Manurut caleg yang akan bertarung di Daerah Pemilihan (Dapil) Surabaya ini, Risma tidak bertanggungjawab atas dampak yang dialami warga tersebut.
“Apakah Bu Walikota bertanggung jawab? Kan tidak. Saya di sini bukannya mendukung Dolly. Tapi saya ingin suatu lokalisasi ini ada tempatnya, agar penyakit HIV/AIDS tidak menyebar kemana-mana,” ujarnya.
Diungkapkan oleh Ketua Peace and Love Jatim ini, lokalisasi terselubung pasca-penutupan Dolly mulai marak bertebaran di Surabaya, seperti di kawasan Stasiun Wonokromo dan beberapa tempat lainnya.
“Kita tidak tahu lokalisasi tersebut legal atau ilegal, yang pasti ada anak kecil sekitar lokalisasi itu,” ungkapnya.
Istri anggota DPR RI Bambang Harjo ini menyesalkan adanya prostitusi terselubung di area publik tersebut, yang menurutnya akan merusak moral generasi muda.
“Bu Wali Kota mengatakan kita harus memberikan parenting atau pendidikan yang baik untuk anak-anak, tapi dengan (kejadian) begini apa kita memberikan pendidikan yang baik, kan tidak. Kita malah merusak moral generasi muda,” katanya.
Melihat kondisi tersebut, kata Asrilia, sudah seharusnya menempatkan suatu lokalisasi di Surabaya atau Dolly dibuka kembali.
“Belanda dulu sudah membangun Dolly dengan benar, dan merupakan lokalisasi yang tertutup. Saya bukannya setuju adanya prostitusi baru, tidak seperti itu, tapi daripada ada prostitusi terselubung yang tidak terkontrol pemerintah, lebih baik yang mana? Banyak yang jual diri dimana-mana, sekarang HIV/AIDS tidak terdeteksi, sudah berapa angkanya di Surabaya?” tuturnya.
Asrilia mengaku sudah terjun langsung dan bertemu dengan masyarakat yang terdampak akibat penutupan Dolly di sekitar Putat Jaya, Surabaya.
“Disana, saya temukan ada satu keluarga dengan empat orang, kondisi mereka memprihatinkan. Tidak ada yang bekerja disitu dan susah makan. Anaknya akhirnya putus sekolah. Apakah kita akan mendiamkan saja hal seperti ini?” pungkasnya. (Iwan S)
mudah2 orang ini g jadi anggota dewan,,,dagang pecel aja lah
Kenapa kebijakan wali kota Surabaya yng di salahkan knp gak koreksi diri kalau cuma ngomong memang gampang Baru mau mencalonkan Legislatif udah punya komentar begitu berarti wawasannya masih kurang jam terbangnya juga masih kelas junior sekarang di pikir lagi mungkin anda belum tau kalau negara kita ini di Cap no 1 dan terbesar tempat pelacuran apakah gak merasa malu selaku warga Indo kedua apakah anda tidak mendengar kalau negara no 1 oleh Amerika negara koruptor no1 pembohong no 1 dan pengemis no 1 bahkan negara kita ini di katakan negara tidak aman no 3 di dunia bahkan di katakan negara tawuran dan yng terakhir Ibu kota Jakarta di katakan kota Sampah terbesar sedunia
Stuju….msih o placur iku urusane dwe2 wonk gk nyele NONIK e tnggane ae kok ribet….
Gak nggenah ning…
Sianan nih caleg…