MENU

Lapangan Kerja Makin Sulit di Daerah, Tokoh Masyarakat Ingatkan Bupati Wakatobi

KENDARI, SERUJI.CO.ID – Beberapa tokoh masyarakat Wakatobi di Kendari mengingatkan Bupati Wakatobi agar kreatif menciptakan lapangan kerja bagi warga. Akibat susahnya mendapatkan pekerjaan, dalam 2 tahun terakhir sudah ratusan warga pindah keluar Wakatobi hanya untuk mencari kerja.

“Jika ini dibiarkan dan dianggap sepele, maka tidak tertutup kemungkinan Wakatobi nanti dikendalikan oleh pendatang, sementara tuan rumah hanya jadi penonton. Ini tidak bagus dan harus diupayakan pencegahannya,” ujar Prof Dr Laode Masihu Kamaludin, salah seorang tokoh warga masyarakat Wakatobi kepada SERUJI di Kendari, Selasa (9/4) malam.

Mantan rektor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Jawa Tengah ini, mengaku trenyuh saat mendengar kabar sudah ratusan warga Wakatobi eksodus ke lain provinsi hanya untuk mencari lapangan kerja.

Padahal, kata Laode Masihu Kamaludin, saat ini Wakatobi sedang gencar membangun dan mempercantik diri menyusul ditetapkannya Wakatobi sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata ‘Bali Baru’.

“Implikasi penetapan sebagai salah satu ‘Bali Baru’ itu, normalnya banyak lapangan kerja di Wakatobi. Setidaknya tidak perlu warga ramai-ramai harus ke daerah lain mencari kerja, toh di Wakatobi banyak yang bisa dikerjakan dan menghasilkan uang,” tuturnya.

“Karena itu saya berharap Bupati harus kreatif menciptakan lapangan kerja. Dinas tenaga kerja juga harus rajin memberi pelatihan kerja kreatif,” tukas Laode Masihu.

Eksodusnya Pencari Kerja Lebih Disebabkan Tak Diterima Sebagai PNS

Perairan Wakatobi.

Sejumlah warga Wakatobi menilai saat ini sebenarnya banyak pekerjaan di Wakatobi. Hanya, kalau mencari pekerjaan sebagai pegawai negeri memang susah karena kesepatan dan peluangnya terbatas. Kalau kerja kasar, termasuk cukup banyak.

“Mungkin para eksodus itu rame-rame keluar Wakatobi karena gagal jadi PNS, dan pegawai kantoran lain.” Jelas Waode Hamsinah, salah seorang warga Kaledupa yang diajak eksodus ke Kalimantan Utara, tapi menolak karena lolos jadi PNS baru baru ini.

Waode Hamsinah menuturkan kalau rekan-rekannya kreatif, buka warung sembako di Wakatobi sudah bisa hidup. Begitu juga kalau buka bengkel, atau menjadi pemandu selam, jadi pemandu wisata, juga bisa hidup. Sebagai daerah wisata Wakatobi butuh banyak tenaga kreatif, tidak selalu harus jadi PNS.

Menurut Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Wakatobi, Abdul Rahim, dalam 2 tahun terakhir sudah 561 warga Wakatobi pindah ke luar provinsi Sultra, sedangkan jumlah warga yang masuk dan menetap di daerah ini hanya 231 orang.

“Jadi lebih banyak yang eksodus hanya untuk cari pekerjaan. Mereka pindah ke Kalimantan, Maluku, Papua dan Jawa. Sedangkan yang pindah ke Wakatobi umumnya dari Surabaya,” ujar Abdul Rahim.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER