GAZA, SERUJI.CO.ID – Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) pada Kamis (7/12) waktu setempat, menyerukan perlawanan rakyat atau yang dikenal dengan sebutan “intifadah”, terhadap kebijakan Presiden AS, Donald Trump yang memberikan pengakuan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Seruan tersebut dikeluarkan di tengah demonstrasi massa yang melanda seluruh Tepi Barat Sungai Jordn, Jalur Gaza dan Jerusalem Timur.
“Besok akan menjadi hari kemarahan rakyat dan peluncuran perlawanan di bawah nama Intifadah Kebebasan Jerusalem,” kata pemimpin HAMAS Ismail Haniyeh dalam pidato terbukanya.
Ia kembali menegaskan bahwa Jumat akan menjadi “awal gerakan baru” untuk memerangi rencana pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Jerusalem.
“Trump akan menyesali keputusan ini,” kata Haniyeh.
Ia menegaskan “integritas Jerusalem bukan hanya Jerusalem Barat atau Timur”.
Sementara itu, Haniyeh juga menyerukan pertemuan umum Palestina guna membahas situasi saat ini dan mencapai kesepakatan mengenai politik Palestina pada masa depan.
Pemimpin HAMAS tersebut, yang menggambarkan pengakuan AS sebagai “titik balik dalam sejarah masalah Palestina”, menekankan bahwa Jerusalem “selalu telah menjadi sumber kemenangan, awal revolusi dan titip awal intifadah”.
Ia juga kembali menyatakan HAMAS takkan pernah mengakui keabsahan pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada Rabu (6/12), Trump secara resmi mengumumkan pengakuannya atas Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan keinginannya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem.
Pengumuman Trump memicu gelombang kemarahan dan kegeraman di kalangan rakyat Palestina. Berbagai kekuatan politik dan faksi Palestina mengumumkan pemogokan umum di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Jerusalem Timur, sementara sebagian pemrotes di Jalur Gaza membakar bendera AS dan gambar Trump.
Toko tutup dan sebagian kegiatan usaha di pasar lokal terpengaruh oleh pemogokan besar itu.
Pemimpin Federasi Kamar Dagang Palestina Khalil Rizk mengatakan pemogokan umum tersebut adalah ungkapan protes terhadap keputusan presiden AS.
Kementerian Pendidikan Palestina mengumumkan pembekuan kegiatan belajar-mengajar pada Kamis, dan mendesak guru serta siswa agar ikut dalam demonstrasi di seluruh Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Demonstrasi, pertemuan terbuka dan protes meletus terutama di Kota Ramallah, Bethlehem dan Al-Khalil (Hebron), Jerusalem Timur di Tepi Barat serta di Jalur Gaza. Puluhan pemuda menyampaiakn kemarahan terhadap tindakan Trump dengan membakas ban selama beberapa jam pada malam di berbagai bagian Jalur Gaza.
Masih di Jalur Gaza, beberapa sumber medis mengatakan tiga orang Palestina cedera selama bentrokan antara pemrotes Palestina yang marah dan tentara Israel yang ditempatkan di perbatasan antara Jalur Gaza Tenggara dan Israel. (Ant/SU01)
Nampaknya akan menjadi awal dr pertempuran islam vs yahudi yg meluas, salah satu tanda makin dekatnya kiamat