JAKARTA, ‎SERUJI.CO.ID – Ketua Presidium Alumni 212 Slamet Ma’arif mengibaratkan, Indonesia seperti sungai yang airnya coklat mendekati hitam. Ia melihat, ada 3 kelompok yang mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menghadapi sungai tersebut.
“Kelompok pertama yang menyebur ke sungai dan bermain-main dengan limbah,” kata Slamet saat memberikan sambutan dalam Kongres Nasional Alumni 212, di Jakarta, Kamis (30/11).
Kelompok kedua, kata Slamet, kelompok yang hanya melihat dan tidak berbuat apa-apa. Sedangkan kelompok terakhir adalah, mereka yang tidak hanya melihat tetapi berusaha mengambil dan membersihkan limbah-limbah tersebut.
“Saya meyakini, yang hadir ini merupakan bagian dari kelompok yang ketiga. Dengan sabar membersihkan limbah-limbah itu,” kata Slamet.
Ia mencontohkan beberapa limbah tersebut, antara lain, Meikarta, reklamasi, kriminalisasi ulama, dan ketidakadilan dalam hukum. Namun, seiring waktu, Slamet berkeyakinan limbah-limbah itu perlahan mulai menghilang.
“Kami yakin hujan turun, awan tebal sudah di atas langit. Kita harus sabar tunggu awan berubah menjadi hujan besar, sehingga membersihkan sungai yang kotor,” katanya.
Slamet juga memuji kehadiran mantan Komsioner Komnas HAM, Natalius Pigai. Di mana, Natalius bukanlah seorang yang muslim.
“Tepuk tangan untuk pak Natalius, ia mewakili saudara-saudara kita di Papua,” katanya.
Ditambahkan Slamet, ia menyampaikan salam dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab dari kota suci Mekah.
“Nanti akan diberikan sambutan 5 menit melalui suara yang dikirim dari Mekah,” kata dia. (Achmad/SU02)