JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris menyoroti maraknya kecelakaan konstruksi belakangan ini, apalagi selain menimbulkan korban jiwa dan merugikan publik juga melahirkan dampak-dampak lain salah satunya dikhawatirkan akan menurunkan daya saing jasa konstruksi Indonesia di tingkat Asean.
“Padahal sebagai negara terbesar di Asean yang mempunyai kebutuhan infrastruktur yang banyak dan beragam, Indonesia sangat berpotensi merebut pasar jasa konstruksi di kawasan ini,” kata Fahira lewat rilis yang diterima SERUJI, Rabu (21/2).
Senator Jakarta ini meminta Pemerintah melakukan evaluasi total terhadap semua proyek infrastruktur yang saat ini sedang berjalan.
“Apakah semua proyek tersebut sudah sesuai dengan asas, prinsip, dan ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang ditandatangi Presiden Jokowi pada 12 Januari 2017 lalu,” ujarnya.
Menurut Fahira, jika saja Undang Undang Jasa Konstruksi dijadikan salah satu landasan dalam pembangunan infrastruktur, kecelakaan konstruksi tidak akan semarak ini.
Undang-Undang Jasa Konstruksi, lanjut Fahira, sudah lengkap mengatur mulai dari asas dan tujuan, penyelenggaraan jasa konstruksi, keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan (4K), sampai kualitas tenaga kerja konstruksi itu sendiri.
“Jadi landasannya utamanya harus undang-undang, bukan agar cepat selesai atau buru-buru, kemudian diresmikan, dan dijadikan ‘jualan’ keberhasilan pemerintah. Tepat waktu memang harus, tetapi, kontraktor juga wajib menyerahkan hasil pekerjaannya secara tepat biaya dan tepat mutu. Kalau cepat selesai tetapi tidak bermutu kan berbahaya bagi keselamatan publik,” tukas Fahira.
Selain jatuhnya korban dan terhambatnya rakyat merasakan manfaat dari infrastruktur, petaka lain yang dikhawatirkan dari maraknya kecelakaan konstruksi ini adalah turunnya daya saing jasa konstruksi Indonesia. Saat ini di dunia Indonesia berada peringkat 37, di bawah Singapura. Dengan terjadinya insiden-insiden ini, dikhawatirkan daya saing jasa konstruksi Indonesia akan makin turun.
Fahira mengingatkan, bahwa pembangunan infrastruktur yang tidak mengedepankan mutu dan keselamatan tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena semakin berkualitas layanan jasa atau pekerjaan konstruksi di sebuah negara maka akan semakin berkualitas juga pembangunan infrastruktur sebuah negara yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi. Demikian juga sebaliknya.
Sebagai informasi, ambruknya kepala pilar jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (20/2), menambah panjang daftar kecelakaan dalam proyek infrastruktur. Dalam enam bulan terakhir, setidaknya terjadi 12 kecelakaan dalam berbagai proyek infrastruktur di Indonesia. (ARif R/Hrn)