SERUJI.CO.ID – Sudah hampir setahun pandemi ini mengubah hampir semuanya. Sekolah di kawasan urban di banyak bagian planet ini praktis tutup. Murid diminta Belajar Dari Rumah. Kampuspun demikian. Sejak Cambridge sampai Nusacendana di Kupang. Hampir semua pembelajaran terpaksa dilakukan secara online. Sebelumnya, mode belajar daring sudah mulai populer melalui berbagai aplikasi.
Sementara akhir pandemi belum juga jelas, satu hal sekarang makin jelas: Gedung-gedung megah persekolahan itu makin tidak relevan jika dipaksakan untuk kembali menampung kegiatan bersekolah lagi. Sekolah harus direposisi. Juga guru.
Yang penting saat ini adalah belajar (learning) sebagai kegiatan produktif, bukan bersekolah (schooling) sebagai kegiatan konsumtif. Hal ini penting ditegaskan karena beberapa sebab mendasar berikut.
Pertama, memang conceptually, persekolahan sudah kuno, outdated. Sekolah telah diciptakan untuk masa dan era yang berbeda 200 tahun silam dalam rangka menyiapkan tenaga kerja terampil massal bagi sebuah masyarakat industri.
Persekolahan dulu memang diciptakan sebagai sebuah instrumen teknokratik proses penjongosan massal. Yang diutamakan adalah ketrampilan sebagai pekerja untuk menjalankan mesin-mesin dengan patuh dan berdisiplin. Era itu kini sudah berlalu atau segera berlalu.
Kedua, internet telah menyediakan sumber-sumber belajar daring dengan spektrum yang kaya. Banyak pilihan bagi warga belajar untuk belajar apapun, di manapun dan dengan siapapun.