SOLO, SERUJI.CO.ID – Presiden Jokowi mengakui, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lalu masih menjadi sebuah pekerjaan rumah. Pernyataan itu dikemukakan Jokowi saat menghadiri Hari HAM Sedunia ke-69 di Kota Solo, Jawa Tengah, Ahad (12/10)
“Saya sadari masih banyak pekerjaan rumah besar perihal penegakan HAM yang belum tuntas diselesaikan. Termasuk pelanggaran HAM di masa lalu,” ungkap Jokowi.
Beberapa kasus pelanggaran HAM yang masih belum terselesaikan, katanya, misalnya penembakan misterius 1982-1985, penghilangan orang secara paksa 1997-1998, kerusuhan Mei 1998, peristiwa Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II.
Menindaklanjuti hal ini, presiden menginginkan semua komponen merapatkan barisan untuk menyelesaikan persoalan.
“Hal ini membutuhkan kerja kita semuanya, kerja bersama antara pemerintah pusat dan daerah dan seluruh komponen masyarakat dan dengan kerja bersama kita hadirkan keadilan HAM, kita hadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,” ujar Presiden.
Presiden juga berpesan kepada kepala daerah agar terus melakukan terobosan membangun daerah berwawasan HAM. Bagi daerah yang dianggap telah memenuhi dan peduli pada HAM, pemerintah memberikan penghargaan.
Dalam kesempatan itu, Jokowi meminta hak-hak masyarakat seperti hak sipil, politik, sosial, ekonomi dipenuhi dengan baik. Ia juga menginginkan agar keyakinan beragama ekspresi kultural dan budaya masyarakat dilindungi maksimal.
Secara khusus Presiden Jokowi menyampaikan apresiasi atas upaya Komnas HAM dan para aktivis HAM yang tidak henti memperjuangkan rasa keadilan masyarakat, serta para kepala daerah yang telah mengembangkan daerah berwawasan HAM (human right cities).
“Selamat hari HAM sedunia dan selamat bekerja bersama untuk membangun fondasi HAM yang kokoh untuk Indonesia yang adil untuk Indonesia yang makmur untuk Indonesia yang sejahtera,” kata Presiden. (Vita Kurnia/SU02)