JAKARTA – Organisasi Greenpeace Indonesia sejak Januari hingga Juni 2017 melakukan pemantauan udara di 21 lokasi, dan hasilnya kualitas udara di Jabodetabek terindikasi telah memasuki level tidak sehat.
Level tidak sehat diindikasikan karena telah melebihi standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu dalam siaran persnya mengatakan bahwa jika temuan tersebut serupa dengan hasil pemantauan udara yang juga dilakukan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
“Angka PM2.5 harian di lokasi-lokasi tersebut jauh melebih standar WHO yaitu 25 g per meter kubik (m3) dan juga Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu 65 g per m3,” ujarnya, pada hari Ahad (30/7), seperti yang dikutip dalam situs resmi greenpeace.org.
“Salah satu hasil perhitungan, risiko kematian akibat penyakit stroke di 21 lokasi pemantauan meningkat dua kali lebih tinggi akibat tingginya konsentrasi PM2.5,” kata Bondan.
Karenanya menurut Bondan, keberadaan perangkat pemantauan udara khususnya yang bisa memantau konsentrasi PM2,5 sangat penting karena masyarakat bisa mengetahui kondisi udara terkini dan melakukan langkah preventif seperti menggunakan masker yang tepat, atau bahkan mengurangi aktivitas di tempat yang memiliki kadar PM2,5 yang tinggi.
Selain itu bisa juga menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk merancang kebijakan mencegah kondisi udara lebih buruk lagi.
Dalam hal ini Greenpeace Indonesia pun mendorong pemerintah pusat untuk menyusun dan melaksanakan strategi dengan target dan pentahapan yang jelas untuk memperbaiki kualitas udara, serta meningkatkan standar kualitas udara. (JarotS/HA)