MENU

Ruang Publik yang Manusiawi bersama Pancasila

Oleh: Nurul H. Maarif*, Dosen filsafat hukum pada Program Sarjana dan Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Merespon Esai Denny JA: NKRI Bersyariah atau Ruang Publik Yang Manusiawi

Tantangan serupa juga sesungguhnya patut dipenuhi oleh Pancasila. Kita tidak bisa lagi terbelenggu pada semangat masa lampau; memuliakan Pancasila karena Pancasila dianggap sebagai hal yang final, dan tidak bisa mempersoalkannya. Dengan cara pikir simplistis, Pancasila seharusnya memiliki indeks yang sama dengan Islamicity Index.

Namun, dalam bayangan Denny JA, keinginan itu bisa dikatakan kontraproduktif. Mengapa? Jika dibandingkan dengan World Happiness Index, suatu indeks yang mengukur kemajuan suatu negara itu tidak semata-mata dari segi ekonomi –indeks ini menetapkan kebahagiaan sebagai ukurannya– adakah perbedaan hasil jika dibandingkan dengan Islamicity? Denny JA mengatakan, kedua indeks tersebut menghasilkan kesimpulan yang nyaris serupa.

Jika hasilnya sama, lantas ada pertanyaan sederhana pula; mengapa kita harus berpaling dari Pancasila?

Pertanyaan di atas layak di ajukan karena Denny JA telah menyediakan jawabannya dalam tulisannya tersebut. Pancasila adalah ide konsensual yang diambil oleh para pendiri bangsa untuk bangsa Indonesia yang majemuk. Pendiri bangsa ini di antaranya oleh para tokoh muslim, yang menurut Denny JA, tidak diragukan sama sekali keislamannya.

Secara tidak langsung, Denny JA hendak mengatakan bahwa Pancasila dihadirkan untuk melampaui realitas Indonesia nan majemuk, melintasi agama yang ada, termasuk suku, ras dan golongan yang ada.

Akhirnya, yang mesti menjadi perhatian kita bersama berdasarkan refleksi Denny JA, isunya adalah bukan pada seberapa berhasilnya kemajuan suatu negara itu dapat diukur. Ini bukan masalah Islamicity atau World Happiness Index. Itu semua adalah soal metodologis. Toh, hasilnya pun sama saja setelah diukur. Peringkat kemajuan per negara nyaris tak berbeda antarindeks tersebut.

Baca juga: Islam Mementingkan Sasaran, Bukan Sarana

Akibatnya, Denny JA hendak mengatakan secara implisit, tidak ada alasan serius untuk menanggapi ide NKRI Bersyariah. Toh, seperti dikatakan di atas, jika dituangkan melalui metode tertentu, apalagi Islamicity, hasilnya kurang-lebih diasumsikan sama saja dengan World Happiness Index.

Oleh karena itu, isunya menurut Denny JA; bagaimana memajukan ruang publik yang manusiawi. Isu ini yang semakin menguatkan mengapa kita tidak patut berpaling dari Pancasila. Toh, Pancasila –menurut Denny JA– masih memadai dijadikan fondasi yang mengantarkan kita semua menuju ruang publik yang manusiawi.

Walau Denny JA tidak mengatakan secara lugas demikian, namun dari refleksinya tersebut, Denny JA hendak mengatakan juga bahwa Pancasila hadir di posisi yang unik dalam konteks dua metode indeks di atas. Pancasila menaruh perhatian sekaligus pada agama secara umum dan juga gagasan kemanusiaan dan keadilan pada umumnya.

Pancasila bisa menjadi pedoman di ruang publik, ruang bersama kita, karena perhatian yang dimiliki oleh Pancasila ini tidak ditemukan dalam kedua indeks tersebut.

Refleksi lain yang patut diambil, gagasan Denny JA ini, secara tidak langsung, telah berhasil menunjukkan bahwa apa yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa adalah tepat.

Mengapa? Itu karena Pancasila ternyata melampaui sekat sektarianisme; Timur atau Barat. Pancasila adalah pedoman yang memadai untuk memajukan ruang publik yang manusiawi di Indonesia, yang terikat pada sejarah bangsa kita sendiri. Oleh karena itu, apa yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa, tidak sepatutnya dipertanyakan kembali. *

 

*E. Fernando M. Manullang adalah dosen filsafat hukum pada Program Sarjana dan Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan hukumnya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Pendidikan terakhirnya (doktoral) dalam bidang ilmu filsafat ditempuh di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER